Kekerasan pada perempuan berbentuk social beauty bullying kerap dilakukan oleh perempuan kepada perempuan lainnya, baik dari keluarga ataupun teman, menurut Nuran.
Nuran melihat bahwa beauty bullying berkaitan dengan ranah budaya patriarki.
Menurutnya, ternyata banyak perempuan dari jaman dahulu yang tidak terbiasa dididik dan diberi pemahaman tentang kompetisi.
Lalu menurut Nuran, perempuan cenderung menilai bahwa value diri itu dilihat dari penampilan luar saja.
Padahal, value perempuan juga berasal dari 'dalam' dirinya, baik dari sisi edukasi maupun pemahaman yang baik. Itulah yang menjadi perempuan luar biasa.
Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan Berbentuk Stalking, Begini Cara Menghadapinya
Bisa dikatakan beauty bullying terjadi karena kurangnya pemahaman mengenai value diri.
Itulah yang menjadi awal adanya persaingan negatif dalam upaya unjuk gigi menjadi yang terbaik.
"Hal ini terjadi karena dari dulu perempuan jarang diberikan ruang untuk menempatkan atu mengeluarkan agresi dirinya. Itu mengakibatkan emosi yang terpendam dan membutuhkan wadah untuk menyampaikan. Sehingga terkesan jadi seperti nyinyir." jelas Nuran.
"Dari situ, budaya inilah seorang perempuan punya pemikiran tentang cara menilai dirinya yang kurang tepat. Jadi cara dirinya mengeluarkan agresivitas dirinya kurang baik." lanjutnya.
Selanjutnya, kekerasan bullying ini memiliki efek bagi korban.