Parapuan.co - Kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan menjadi aspek yang penting diperhatikan.
Namun sering kali hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dianggap tabu oleh sebagian masyarakat.
Hal ini karena saat seseorang beranjak remaja, ia tidak diberi bekal pengetahuan kesehatan reproduksi secara utuh.
Kondisi ini pun memberikan dampak pada masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yang menjadi penyebab utama kasus kematian ibu.
Melansir dari laman Kompas.com, UNFPA Assistant Representative, Dr Melania Hidayat, MPH mengatakan, ada banyak faktor yang menyebabkan masalah reproduksi perempuan ini kurang diperhatikan.
Seperti, kurangnya pelayanan fasilitas kesehatan mengenai pentingnya menjaga kesehatan reproduksi sebagai salah satu hak untuk perempuan.
Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: Pentingnya Vitamin D Bagi Pengidap PCOS
Tak hanya itu, menurutnya penempatan posisi perempuan yang hingga kini belum setara juga menjadi salah satu tantangan untuk mendapatkan akses atas haknya.
Sudah sewajarnya perempuan memperoleh akses kesehatan organ kewanitaan karena itu bagian dari hak asasi manusia, tambahnya.
Sebagai contoh, perempuan berhak merencanakan kehamilannya.
Kepala BKKBN, Dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG, menyampaikan bahwa angka kematian ibu sejak 2015 dilaporkan sejumlah 14.640 kasus.
Dengan persentase 77 persen di antaranya kematian ibu terjadi di rumah sakit.
Oleh karena itu, ia menyarankan perempuan, terutama yang sudah menikah untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan guna mencegah terjadinya kematian ibu.
"Mengetahui kondisi kesehatan reproduksi itu bisa menghindarkan perempuan dari kanker mulut rahim (serviks) yang kian meningkat, serta gangguan reproduksi lainnya," tuturnya.
Selanjutnya untuk perempuan yang berada di usia anak-anak hingga remaja, mereka perlu mendapatkan edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan seksual dan reproduksi perempuan.
Menurut Hasto, salah satu hal yang meningkatkan risiko kematian ibu maupun anak adalah aktivitas seksual yang terlalu dini dan jarak kelahiran yang terlalu dekat.
Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: Penderita PCOS Perlu Vitamin dan Mineral
Perempuan Berhak Memilih
Seperti yang sebelumnya disampaikan, setiap perempuan berhak memilih, termasuk merencanakan kehamilannya.
Namun sayang, hingga kini salah satu penyebab dari masalah kesehatan organ kewanitaan adalah peran perempuan yang masih dianggap sebelah mata.
Kondisi ini membuat perempuan merasa tidak memiliki kemampuan untuk menentukan haknya.
Psikolog Analisa Widyaningrum mengatakan bahwa banyak perempuan yang tidak diberikan kesempatan untuk memilih atau menentukan keputusannya sejak mereka masih di bangku sekolah.
Belum lagi, terdapat sebagian orang yang memiliki anggapan bahwa anak perempuan yang sudah menstruasi menandakan dirinya sudah siap menikah dan karenanya masih marak praktik pernikahan dini.
"Padahal, pernikahan dini itulah yang menyebabkan prenatal depression, kondisi saat perempuan tidak siap akan kehamilan dan melahirkan," jelasnya.
Analisa menambahkan, kondisi prenatal depression yang dialami perempuan ini tentu saja memengaruhi kondisi kesehatan reproduksi, hingga mengakibatkan kematian ibu maupun anak.
Untuk itu, ia menyarankan agar setiap orang menyadari tentang pentingnya hak perempuan dalam memilih.
Termasuk hak mereka untuk mendapatkan akses kesehatan seksual dan reproduksi perempuan, guna mencegah terjadi kematian ibu yang semakin bertambah.
(*)