Parapuan.co - Middle child syndrome adalah masalah psikologis di mana anak tengah merasa terabaikan dan kurang diperhatikan oleh orang tua.
Meski namanya middle child syndrome, tidak semua anak tengah merasa seperti itu.
Namun sindrom ini bisa dialami anak-anak yang berada di urutan tengah kelahiran.
Untuk mendapatkan perhatian, mereka suka membuat ulah untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
Middle child syndrome dapat berlangsung hingga anak tumbuh dewasa, serta memiliki ketergantunga pada orang lain demi mendapat pengakuan.
Baca Juga: Zayn Malik dan Gigi Hadid Putus karena Konflik Mertua, Ini Dampak Buruk Helicopter Parenting
Karakteristik
Mengutip dari Healthline, berikut karakteristik anak tengah dengan middle child syndrome, antara lain:
1. Kepribadian
Anak tengah merasa dirinya kurang diperhatikan, sehingga ia menjadi pendiam dan pemarah karena kelekatan dengan orang tua minim.
2. Hubungan
Anak tengah mengalami kesulitan merasa setara dengan saudara mereka dalam hubungan dengan orang tua, bahkan kerap merasa tidak berguna.
3. Persaingan
Anak tengah adalah pembawa damai dan mengalah, tapi mereka merasa berjuang dalam bersaing dengan saudaranya untuk mendapatkan perhatian orang tuanya.
4. Favoritisme
Anak tengah umumnya tidak merasa sebagai anak kesayangan keluarga, mereka menganggap orang tua lebih menghargai kakak tertua yang istimewa atau adik terkecil yang dimanja.
Baca Juga: Punya Kemauan Keras, Bagaimana Cara Menghadapi Anak yang Keras Kepala?
Pola asuh untuk mencegah middle child syndrome
Sebagai orang tua, pastinya tidak menginginkan masalah mental ini terjadi pada si anak tengah.
Cinta yang diberikan sama kepada setiap anak, dan berikut pola asuh yang dapat mencegah anak tengah mengalami middle child syndrome.
1. Pastikan anak tahu kamu mencintainya
Selain diucapkan, cinta dan kasih sayang itu ditunjukkan. Apresiasi seluruh proses belajarnya, baik keberhasilan maupun kegagalan.
Tanyakan kabarnya, perhatikan apa yang menjadi kesulitan dan tawarkan bantuan saat mereka sedang berjuang sendirian.
2. Jangan membandingkan anak
Hindari membandingkan anak, satu hal ini sangatlah menyakiti hati mereka jika diutarakan di depan anak.
Jika dilakukan maka dampaknya satu anak akan merasa bangga, dan satu anak lainnya merasa sakit hati yang dibawa sampai ia dewasa.
3. Dorong individualistasnya
Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, akui itu semua dan persilakan mereka melakukan apa yang menurutnya bisa.
Jangan samakan bakat satu anak dengan anak lainnya, itu justru akan menumbuhkan persaingan yang tidak sehat jika salah satunya merasa buruk.
Baca Juga: Jangan Ikut Marah, Ini 5 Cara Orang Tua Bersikap saat Anak Dimarahi Orang Lain
4. Jangan biarkan anak merasa diabaikan
Semua pendapat anak perlu didengarkan, saat mereka berbicara maka simaklah dengan seksama dengan tidak menginterupsi pembicaraannya.
Beri kesempatan masing-masing memberitahukan apa yang dirasakan dan jangan anggap remeh tentang apa yang dirasakan anak-anak.
Selain itu, penting diketahui juga bahwa pengasuhan memang tidak ada yang sempurna. Namun, berusaha untuk memperbaiki dengan memberikan perhatian yang sama pada seluruh anak juga penting.
Kawan Puan, itulah penjelasan soal middle child syndrome dan pola asuh untuk mencegahnya.
Ingat, tidak ada anak yang lebih baik daripada anak yang lain, mereka memiliki kualitas masing-masing untuk meraih kebahagiannya sendiri. (*)