Mendirikan Ajang FFI, Ini Jasa Usmar Ismail bagi Perfilman Nasional

Firdhayanti - Rabu, 10 November 2021
Usmar Ismail, Bapak Perfilman Indonesia
Usmar Ismail, Bapak Perfilman Indonesia Kompas.com

Parapuan.co - Sebagaimana kita ketahui, 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan

Hal inilah yang mendasari waktu perhelatan ajang perfilman Festival Film Indonesia (FFI) 2021. 

Hari Pahlawan dipilih sebagai momentum untuk mendukung Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional. 

Baca Juga: Masuk Nominasi FFI 2021, Ini Karakter Perempuan yang Diperankan Arawinda Kirana

Usmar Ismail sendiri adalah seorang sutradara film, sastrawan, wartawan, dan pejuang Indonesia. 

Hingga saat ini, Usmar Ismail dianggap sebagai Bapak Perfilman Indonesia. 

Kabar baiknya, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Usmar Ismail. 

Melansir dari Kompas.com, pemberian gelar ini dilakukan secara resmi di Istana Negara pada Rabu (10/11/2021), berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 109/TK/TH 2021 tanggal 25 Oktober 2021.

Untuk mengenang jasanya di dunia film, pemerintah mengabadikan sebuah gedung perfilman yang diberi nama Pusat Perfilman Usmar Ismail di Kuningan, Jakarta Selatan.

Berikut kiprah Usmar Ismail dalam dunia perfilman Indonesia.

Mendirikan Perfini 

Melansir dari laman festivalfilm.id, pada tanggal 30 Maret 1950, Usmar Ismail mendirikan Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini).

Perfini menjadi perusahaan film pertama milik pribumi yang didirikan di Jakarta.

Perfini pun menjadi perusahaan film yang menonjol pada masanya.

 

Membuat Film Pertama Karya Anak Bangsa

Pada hari yang sama yakni tanggal 30 Maret 1950, Usmar Ismail juga melakukan pengambilan gambar perdana film Darah dan Doa. 

Film tersebut merupakan film Indonesia pertama yang seluruh bagiannya dikerjakan oleh anak bangsa, Kawan Puan.

Peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Film Nasional setiap tanggal setiap 30 Maret. 

Membuat Ajang FFI

Usmar Ismail merupakan salah satu pembuat ajang perfilman FFI, Kawan Puan. 

Menjelang Pemilu pada tahun 1955, situasi politik yang memanas berpengaruh terhadap industri perfilman. 

Kala itu, nasib perfilman Indonesia cukup mengkhawatirkan. 

Film Indonesia mengalami persaingan cukup berat dari film Malaya dan India.

Selain itu, terdapat penolakan bioskop-bioskop kelas satu yang dimonopoli film Amerika.

Baca Juga: Dihelat 10 November, Ini 5 Fakta Seputar Festival Film Indonesia 2021

Pada akhirnya, masih di tahun 1955 Usmar Ismail menyelenggarakan festival film bersama dengan Djamaluddin Malik.

Keduanya jadi pelopor festival film yang mempersatukan para produser film dan menjadi ajang tertinggi bagi insan perfilman Indonesia.

Festival film Usmar Ismail itu yang sampai sekarang dikenal sebagai Festival Film Indonesia.

Membuka Jalan Film Indonesia di Kancah Internasional

Selama hidupnya, Usmar Ismail sudah membuat lebih dari 30 film dengan beragam genre.

Beberapa karya layar lebar yang ia sutradarai adalah Darah dan Doa (1950), Enam Jam di Yogya (1951), Dosa Tak Berampun (1951), Krisis (1953), Kafedo (1953), Lewat Djam Malam (1954), Tiga Dara (1956), Asrama Dara (1958), Pedjuang (1960), dan Big Village (1969).

Film Usmar Ismail yang berjudul Pedjuang pernah ditayangkan di Festival Film Internasional Moskwa ke-2 pada tahun 1961. 

Film tersebut bercerita tentang dokumentasi kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda.

Pedjuang menjadi film Indonesia pertama yang ditayangkan di festival internasional.

Hal ini pula yang membuat nama Usmar Ismail semakin dikenal khalayak internasional. 

Usmar Ismail mengembuskan napas terakhirnya pada 2 Januari 1971 karena pendarahan otak yang dideritanya.

Baca Juga: 10 Sutradara Perempuan Peraih Nominasi Piala Citra Sepanjang Sejarah FFI

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru