Parapuan.co - Kekerasan pada perempuan secara online atau disebut cyberbullying kini marak terjadi karena penggunaan internet yang meningkat.
Pelecehan online dapat berpengaruh pada kesehatan mental penyintas.
Lebih lanjut lagi, kebanyakan orang yang mengalami pelecehan online tidak melaporkan apa yang mereka alami.
Walau terjadi secara online, penyintas dapat merasakan efek nyata dari pelecehan ini.
Lantas apa saja jenis pelecehan online dan efeknya terhadap penyintas?
Baca Juga: Tanda dan Dampak Kekerasan pada Perempuan Remaja dan Anak, Apa Saja?
Kekerasan pada perempuan secara online dapat berupa penguntitan, ancaman, dan lainnya, seperti dilansir Goodtherapy.
Perempuan lebih mungkin untuk mengalami pelecehan seksual dan menerima gambar seksual dibandingkan laki-laki.
Lebih dari separuh perempuan usia antara 18 dan 29 tahun melaporkan menerima gambar seksual yang tidak diinginkan secara online.
Penelitian juga menunjukkan bahwa gender dan etnis minoritas mengalami pelecehan online pada tingkat yang lebih tinggi.
Kejahatan terhadap perempuan secara online dapat mengambil banyak bentuk.
Masih melansir Goodtherapy, kekerasan pada perempuan secara online memiliki beberapa jenis umum.
1. Trolling: membuat beberapa jenis komentar negatif atau menyakitkan yang dimaksudkan untuk membuat marah, mempermalukan, atau mendiskreditkan seseorang.
2. Message bombing: ,engirim teks, obrolan, pesan instan, atau email dalam jumlah ekstrem dengan tujuan memblokir akses ke akun. Ini sering dilakukan dengan bantuan bot.
3. Doxxing: berbagi informasi pribadi seseorang secara online, seperti nomor telepon atau alamat rumah.
Terkadang hal ini dilakukan untuk memfasilitasi pencurian identitas.
Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan Secara Domestik dapat Berdampak pada Anak-anak
Di lain waktu, informasi dibagikan sehingga orang dapat melecehkan individu di ruang fisik maupun online.
4. Revenge porn: berbagi foto atau video eksplisit secara seksual dari seseorang tanpa persetujuan mereka.
Sekitar 41 negara bagian memiliki undang-undang yang melarang revenge porn.
5. Swatting: membuat laporan palsu kepada polisi tentang aktivitas ilegal yang terjadi di rumah seseorang.
Parahnya, ini bisa membuat orang lain dalam bahaya.
Selanjutnya, berikut efek kesehatan mental penyintas kejahatan terhadap perempuan secara online.
Efek pelecehan online pada kesehatan mental
Orang-orang yang pernah berurusan dengan pelecehan online mungkin merasa cemas dan stres ketika harus melakukan aktivitas biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, hal ini pun dapat menurunkan kinerja seseorang di sekolah atau tempat kerja.
Pelecehan yang serius atau terus-menerus dapat menyebabkan depresi, pikiran untuk bunuh diri, dan bahkan upaya bunuh diri.
"Ketika rasa aman emosional kita di dunia terganggu, demikian juga kesehatan psikologis kita," kata Allison Abrams, LCSW-R.
Baca Juga: Gejala Seseorang Mengalami Kekerasan pada Perempuan secara Emosional
Beberapa kelompok mungkin akan lebih sangat rentan terhadap pelecehan.
Mereka yang memiliki faktor risiko tertentu, seperti riwayat trauma, episode depresi sebelumnya, atau riwayat depresi keluarga, dan lain-lain sangat rentan.
Dalam beberapa kasus, pelecehan online dapat menjadi pemicu episode depresi klinis.
Dipermalukan di depan umum dapat menimbulkan atau tentu saja memperburuk perasaan tidak berharga, terisolasi, dan rendah diri
Semua faktor tersebut berkontribusi dalam depresi klinis.
Jika mengalami kekerasan pada perempuan secara online carilah bantuan sosial dan profesional, untuk mengurangi dampak negatifnya.
(*)