Parapuan.co - Ada berbagai masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yang penting untuk dipahami, salah satunya adalah vaginitis.
Vaginitis sendiri merupakan kondisi peradangan pada vagina yang menyebabkan keluarnya cairan, gatal, hingga nyeri.
Umumnya, masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan ini disebabkan oleh perubahan keseimbangan normal bakteri vagina atau karena infeksi.
Tak hanya itu, kondisi ini juga dapaf disebabkan oleh berkurangnya kadar estrogen setelah menopause dan adanya gangguan kulit.
Melansir dari laman SELF, terdapat jenis vaginitis yang paling umum dialami kebanyakan orang.
1. Vaginosis bacterialis
Vaginosis bacterialis ini dihasilkan dari adanya perubahan bakteri normal yang ditemukan di vagina menjadi pertumbuhan berlebih dari organisme lain.
Baca Juga: Dampak Gangguan Makan pada Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan
2. Yeast infection
Jenis gangguan kesehatan organ kewanitaan ini biasanya disebabkan oleh jamur alami yang disebut Candida albicans.
3. Trikomoniasis
Masalah kesehatan ini disebabkan oleh parasit dan umumnya ditularkan melalui hubungan seksual
Lantas, untuk perawatan yang tepat, hal itu tergantung pada jenis vaginitis yang dialami. Akan tetapi, kamu bisa mewaspadai masalah ini dengan mengetahui gejalanya.
Gejala
Terdapat tanda atau gejala dari masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan satu ini yang bisa Kawan Puan perhatikan.
- Perubahan warna, bau, atau jumlah cairan yang keluar dari vagina.
- Vagina gatal atau iritasi.
- Sakit saat berhubungan seksual.
- Buang air kecil yang menyakitkan.
- Pendarahan vagina ringan atau bercak.
- Mengalami keputihan, yang tidak dialami oleh banyak perempuan.
Di samping itu, perlu Kawan Puan ketahui, jenis keputihan dapat menunjukkan jenis vaginitis yang dialami. Contohnya meliputi:
1. Vaginosis bakterialis : Keputihan berwarna putih keabu-abuan dan berbau busuk. Bau, sering digambarkan sebagai bau amis, mungkin lebih jelas setelah hubungan seksual.
2. Yeast infection : Hal yang menjadi gejala utamanya adalah gatal-gatal, tetapi mungkin memiliki cairan putih kental yang menyerupai keju cottage.
3. Trikomoniasis : Dapat menyebabkan keluarnya cairan berwarna kuning kehijauan, terkadang berbusa.
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan, Hindari 5 Makanan Berikut
Penyebab
Penyebab dari masalah kesehatan organ kewanitaan ini tergantung pada jenis vaginitis yang dialami. Simaklah penjelasan ini agar kamu tahu kondisi kesehatanmu.
1. Vaginosis bakterialis
Penyebab paling umum adalah hasil dari perubahan bakteri normal yang ditemukan di vagina, menjadi pertumbuhan berlebih dari salah satu dari beberapa organisme lain.
Umumnya, bakteri yang biasa ditemukan di vagina (lactobacilli) kalah jumlah dengan bakteri lain (anaerob) di vagina.
Sementara, jika bakteri anaerob terlalu banyak, mereka akan mengganggu keseimbangan, menyebabkan vaginosis bakterialis.
Jenis vaginitis ini berkaitan dengan hubungan seksual, terutama jika memiliki banyak pasangan seks, tetapi kondisi ini juga dapat terjadi pada perempuan yang tak aktif secara seksual.
2. Yeast infection
Kondisi ini terjadi ketika ada pertumbuhan berlebih dari organisme jamur, biasanya Candida albicans pada vagina.
Candida albicans ini dapat menyebabkan infeksi di area lembab lainnya di tubuh, seperti di mulut (sariawan), lipatan kulit, dan dasar kuku.
3. Trikomoniasis
Infeksi menular seksual yang umum ini disebabkan oleh parasit bersel satu mikroskopis yang disebut trichomonas vaginalis.
Organisme ini menyebar selama hubungan seksual dengan seseorang yang telah terinfeksi.
Pada perempuan, trikomoniasis biasanya menginfeksi vagina, dan dapat menyebabkan gejala.
Tak sampai itu, kondisi ini juga meningkatkan risiko pengidap terkena infeksi menular seksual lainnya.
Baca Juga: Dampak Gangguan Makan pada Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan
4. Vaginitis tidak menular
Selain itu, perlu dipertimbangkan pemakaian semprotan vagina, douche, sabun wangi, deterjen wangi, dan produk spermisida dapat menyebabkan reaksi alergi atau mengiritasi jaringan vulva dan vagina.
Karena, benda asing seperti kertas tisu atau tampon yang terlupakan, di dalam vagina juga dapat mengiritasi jaringan vagina.
5. Sindrom genitourinari menopause (atrofi vagina)
Penurunan kadar estrogen setelah menopause atau operasi pengangkatan indung telur juga dapat menyebabkan lapisan vagina menipis.
Bahkan, sebagian orang mengaglami iritasi, rasa terbakar, dan kekeringan pada vagina.
Nah, itulah ulasan terkait vaginitis yang menjadi salah satu masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan. Semoga kita dapat menghindarinya, ya, Kawan Puan! (*)