Terkait kondisi ini PARAPUAN telah menghubungi Pemerhati Budaya dan Pakar Komunikasi Digital, Universitas Indonesia, Dr. Firman Kurniawan S.
Ada hal lain yang mendorong keinginan seseorang untuk melakukan oversharing salah satunya adalah mengikuti tren.
"Pertama di dorong oleh tren. Kita menunjukkan bahwa kita trendi, kita enggak ketinggalan dengan orang lain," jelas Dr. Firman Kurniawan S pada Selasa (23/11/2021)
Umumnya, seseorang yang mengikuti challenge Add Yours ingin mengikuti apa yang dilakukan oleh sesama pengguna lainnya.
Ada rasa di mana mereka ingin menunjukkan bahwa dirinya juga dapat melakukan hal yang dilakukan oleh orang lain.
Firman mengatakan bahwa terdapat unsur me too (aku juga bisa) terkait oversharing ini.
Sering kali seseorang yang melakukan oversharing memiliki tendensi awal hanya sekedar iku-ikutan agar tidak dianggap ketinggalan.
Meski demikian, mereka justru melupakan bahwa menggunggah data pribadi dapat membahayakan dirinya sendiri.
Seperti tanda tangan, foto tanda pengenal, hingga foto depan rumah.
Jika data-data ini sampai di tangan orang yang tidak tepat, sangat memungkinkan jika seseorang akan mengalami bahaya baik penipuan maupun kejahatan lainnya.
"Itu semua data yang sudah matang, tinggal dikombinasi dengan data lain yang dapat dimanfaatkan pihak lain," tambahnya.
"Nah itu bahayanya oversharing adalah kita tidak waspada mengumbar data pribadi," pungkasnya.
Setelah mengetahui penjelasan Firman, oversharing di media sosial sangat membahayakan.
Baca Juga: Bisa Disalahgunakan! Ini 5 Informasi Pribadi yang Tak Seharusnya Diunggah ke Medsos
Mungkin Kawan Puan menilai jika ini hanyalah tren namun, tren ini justru membahayakan diri Kawan Puan sendiri.
Apakah Kawan Puan juga mengikuti tren Add Yours?
(*)