Parapuan.co - Baru-baru ini viral di media sosial Twitter yang menyebut bahwa memukul barang dapat menjadi aktivitas healing.
Untuk Kawan Puan ketahui, healing berarti penyembuhan, yang mana aktivitas ini dikaitkan dengan cara kamu mengelola stres.
Memukul barang ini dimaksudkan untuk melampiaskan amarah atau kekesalan.
Akan tetapi, apakah memukul barang dapat benar-benar membantu meredakan stres?
Buat yang butuh healing nih, ada yang udah nyobain Breakroom di Jakarta Utara ini? Mulai dari Rp100.000 per orang per 20 menit.
Ruangannya ber-AC dan katanya private. Ada CCTV gak ya di dalamnya? ????
Cr: tiktok https://t.co/viMoYlVvem pic.twitter.com/FTIWpTyTGn
— pancasyah (@pancasyah) November 22, 2021
Baca Juga: Mudah dan Murah! Jalan Kaki Bisa Jadi Cara Ampuh untuk Self Healing
Rupanya, melansir Healthline, melampiaskan amarah terhadap benda mati seperti memukul, merusak, membanting, menendang, meninju, dan melempar bukanlah cara yang membantu untuk mengatasi kemarahan.
Tidak hanya akan melukai tangan dan berpotensi merusak properti, tindakan ini bahkan mungkin membuat seseorang menjadi lebih frustrasi.
Seseorang yang merasa marah sehingga harus memukul sesuatu untuk mengatasinya sering kali bergulat dengan gejolak emosi yang mendalam.
Oleh sebab itu, penting untuk memeriksa alasan kemarahan dan belajar mengekspresikannya dengan cara yang sehat.
Tanda-Tanda Kesulitan Mengelola Amarah
Mengelola amarah dengan baik dan tidak destruktif (menghancurkan) ternyata perlu dilatih dengan kontrol diri sejak dini.
Banyak orang tumbuh menjadi dewasa tanpa pernah belajar cara yang sehat untuk mengatasi emosi yang sulit.
Ketika seseorang memiliki banyak kemarahan tapi tidak memiliki cara untuk mengelolanya secara produktif, hal itu dapat muncul dalam berbagai tindakan.
Baca Juga: 5 Cara Atasi Stres dalam 15 Menit Menurut Ahli, Salah Satunya Nonton Video Kucing
Tanda-tanda seseorang kesulitan mengelola amarah, meliputi:
- Sering frustrasi, jengkel, dan marah.
- Cenderung merencanakan balas dendam.
- Sering berselisih dengan rekan kerja, teman, keluarga, atau orang asing.
- Kesulitan mengelola amarah.
- Konflik hubungan yang berkaitan dengan kemarahan.
Sering berpikir tentang kekerasan atau agresi yang disertai kemarahan tak terkendali dapat mendorong kebiasaan untuk memukul benda mati.
Masalahnya, seseorang berharap bisa meninju orang lain yang membuatnya marah, tetapi ia tidak benar-benar ingin menyakitinya atau menghadapi konsekuensi berkelahi.
Jadi, benda mati tersebut digunakan sebagai kambing hitam sebagai caranya mengelola stres.
Konsultasi ke profesional
Memukul benda mati bukanlah cara yang sehat untuk mengatasi stres, tetapi seseorang dapat mengubah cara mengelolanya dengan lebih baik.
Jika aktivitas seperti olahraga, istirahat, menulis jurnal, atau cara sehat lainnya masih sulit kamu biasakan, segeralah berkonsultasi ke profesional kejiwaan, seperti psikolog dan psikiater.
Mereka akan membantumu untuk:
- Mempelajari kiat-kiat untuk mengatasi kemarahan dengan lebih efektif.
- Mengeksplorasi penyebab kemarahan yang tidak terkendali, seperti trauma, masalah hubungan, atau tantangan di tempat kerja.
- Mengembangkan teknik yang lebih bermanfaat untuk mengelola stres dan memecahkan masalah tanpa ledakan.
- Membangun keterampilan komunikasi.
Mengenali masalah dari perilaku dan bahaya yang ditimbulkannya pada orang lain adalah langkah pertama yang penting menuju perubahan positif. (*)
Baca Juga: Mona Ratuliu Bagi Tips Mengelola Emosi untuk Ibu Bekerja di Rumah Selama Pandemi