Parapuan.co - Apa itu paraben? Ini biasanya pertanyaan yang banyak ditanyakan kepada dokter kulit, mengingat banyak informasi beredar tentang bahaya dari kandungan ini.
Paraben sendiri umumnya digunakan sebagai pengawet dalam produk kecantikan.
Paraben adalah sekelompok bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet dalam produk perawatan kulit, makeup, dan produk perawatan rambut, seperti yang dijelaskan oleh Dr. Blair Murphy-Rose, MD, FAAD, dokter kulit kosmetik dan medis bersertifikat, seperti melansir dari InStyle.
"Produk berbahan dasar air dapat menumbuhkan bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain yang berbahaya bila dioleskan ke kulit dan rambut. Pengawet, seperti paraben dan lainnya, bekerja untuk mencegah pertumbuhan ini," jelas Dr. Murphy-Rose.
Melansir dari FDA, kosmetik yang dijual kepada konsumen di toko atau secara online harus memiliki daftar bahan, masing-masing dicantumkan dengan nama umum atau biasa.
Baca Juga: Mengenal Tren Clean Beauty, Apakah Benar Lebih Baik untuk Kulit?
Ini adalah informasi penting bagi konsumen yang ingin mengetahui apakah suatu produk mengandung bahan yang ingin mereka hindari.
Paraben biasanya mudah dikenali dari namanya, seperti methylparaben, propylparaben, butylparaben, atau ethylparaben.
Selain itu, label bahan produk biasanya mencantumkan lebih dari satu paraben dalam suatu produk.
Paraben juga sering digunakan dalam kombinasi dengan jenis pengawet lain untuk melindungi lebih baik terhadap berbagai mikroorganisme.
Lantas, apakah paraben aman digunakan? Pasalnya kini makin banyak produk yang melabeli dirinya paraben-free dan ajakan sejumlah orang untuk tidak menggunakan paraben.
Sebenarnya, asal mula paraben menyebabkan kontroversi adalah di tahun 2000, para ilmuwan mengatakan bahwa kandungan ini mungkin bisa menyebabkan gangguan endokrin.
Artinya, ketika diserap oleh tubuh, paraben dapat menurunkan atau meningkatkan kadar hormon normal, meniru hormon alami tubuh atau mengubah produksi alami hormon.
"Paraben berpotensi berbahaya," kata Dr. Murphy-Rose.
“Data menunjukkan bahwa paraben dapat mengganggu hormon dalam tubuh yang dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, terutama kanker payudara. Paraben juga dapat berbahaya bagi organ reproduksi, berpotensi mempengaruhi kesuburan dan hasil kelahiran, serta mengganggu produksi alami hormon dalam tubuh," jelasnya lagi.
Bahan kimia ini diserap melalui kulit, masuk ke aliran darah dan akhirnya diekskresikan dalam urin.
Baca Juga: Mengenal Merkuri, Bahan dalam Skincare yang Berbahaya bagi Kesehatan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kyoto Prefectural University of Medicine diketahui bahwa beberapa jenis paraben yang aman sekalipun, bisa juga bermutasi menjadi racun berbahaya saat terkena sinar matahari.
Lima jenis paraben seperti isopropylparaben, isobutylparaben, phenylparaben, benzylparaben, dan pentylparaben, telah sepenuhnya dilarang di Uni Eropa.
Sementara jenis lainnya diatur secara ketat karena diyakini sebagai pengganggu endokrin.
Sedangkan di Indonesia, dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia No: HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik menyantumkan daftar bahan yang diizinkan digunakan dalam kosmetik dengan pembatasan dan persyaratan penggunaan.
Di antaranya penggunaan bahan paraben yaitu nama dagang dari 4-Hydroxybenzoic acid, its salt and esters dengan nomor ACD 12 di daftar pengawet.
Dijelaskan bahwa ester adalah methyl, ethyl, propyl, isopropyl, butyl, isobutyl, dan phenyl.
Kadar maksimumnya 0,4 persen (asam) untuk ester tunggal serta 0,8 persen (asam) untuk ester campuran yang ditambahkan ke dalam sediaan kosmetik dengan tujuan utama untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Peraturan BPOM tersebut mengadopsi aturan yang berlaku di ASEAN (ACD/ASEAN Cosmetic Directive) dan di Eropa (EU/European Commission Regulation).
Dr. Murphy-Rose mengatakan, meski tidak dapat secara pasti mengatakan bahwa semua paraben berbahaya, menghindari produk yang mengandung kandungan pengawet ini, atau bahkan mengurangi penggunaan, lebih bijaksana dilakukan.
“Karena ada alternatif (paraben) yang lebih baik yang dapat digunakan sebagai pengawet yang efektif," tutupnya. (*)
Baca Juga: Hindari Racun, Ini Cara Mengganti Kandungan Skincare yang Berbahaya