Parapuan.co - Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) perempuan masih mengalami tantangan dalam hal mendapatkan pendanaan dari fintech peer-to-peer (P2P) lending untuk modal usahanya.
Hal tersebut disampaikan oleh Co-Founder dan CEO Investree, Adrian Gunadi, dalam acara Media Clinic untuk memperingati Bulan Fintech Nasional (BFN).
Menurutnya, product market fit merupakan salah satu tantangan terbesar UKM perempuan untuk mendapatkan pendanaan dari fintech lending, khususnya di Investree.
Investree sendiri merupakan perusahaan fintech peer-to-peer lending yang menghubungkan pelaku UKM dengan lender yang ingin membantu memberikan akses pembiayaan bagi UKM.
Tahun 2021 ini, salah satu inisiatif utama Investree adalah untuk meningkatkan jumlah peminjam ritel atau pelaku usaha ultra mikro.
Baca Juga: Makin Cuan di Musim Liburan, Ini 6 Tips Memulai Usaha Sewa Motor
“Memang challenge utama untuk pendanaan atau pembiayaan kepada women entrepreneur adalah product fit yang sesuai dengan apa yang menjadi risk appetite dari Investree,” ujar Adrian, Selasa (23/11/2021).
Sebagai informasi, risk appetite merupakan jumlah risiko yang dapat diterima oleh sebuah organisasi atau perusahaan dalam hal mencapai tujuannya.
Maka dari itu, Adrian berharap agar pelaku UKM perempuan bisa menyasar ke segmen yang sesuai dengan product market fit yang menjadi preferensi fintech P2P lending seperti Investree.
“Terkait dengan product fit-nya, memang kita menyasar kepada segmen yang lebih B2B dari PO (purchase order) atau invoice. Jadi ini beberapa preferensi dari Investree yang kita harapkan juga lebih banyak bisnis dari wanita itu lebih banyak menyasar ke segmen atau pasar yang sesuai dengan product fit tersebut,” terangnya.
Lebih lanjut, Adrian turut memaparkan beberapa segmen yang dimaksud, yakni segmen industri kreatif yang di dalamnya meliputi industri fashion busana muslim, garmen, dan lain-lain.
Pasalnya, ia melihat bahwa pelaku usaha perempuan memang banyak bergerak di segmen tersebut.
“Kita banyak menyasar industri kreatif, dan ini menjadi salah satu diferensiasi segmen yang dibidik oleh fintech lending dibandingkan bank. Industri kreatif ini terdiri dari fashion designer, industri garmen, industri pakaian, muslim fashion industry, itu beberapa segmen yang kita bidik,” imbuhnya.
Di Investree sendiri, jumlah borrower dan lender perempuan, hingga Oktober 2021, tercatat berjumlah 14.430 lender perempuan dan 6.301 borrower perempuan.
Baca Juga: Simak! Pelatihan Pengembangan Bisnis Digital untuk SMK Jawa Barat dari Shopee
Jumlah borrower perempuan tersebut didominasi oleh peminjam perempuan ultra mikro dari ekosistem Gramindo, sehingga keperluannya lebih ke produktif ritel.
Sebelumnya, pada tahun 2020 lalu, Investree menggandeng Gramindo untuk membidik pelaku usaha perempuan.
“Kita juga punya ekosistem yang menyasar segmen tersebut. Sehingga kita melihat potensi women entrepreneur lebih besar di segmen tersebut. Ini yang akan kita dorong ke depannya,” kata Adrian.
“Itu kenapa kita melihat pentingnya suatu ekosistem, kita bekerja sama dengan ekosistem untuk lebih banyak menyasar wanita yang memang bergerak di segmen tersebut,” tutupnya. (*)