Parapuan.co - Bagi karyawan yang bekerja dari kantor, kamu mungkin menghabiskan lebih banyak waktu sehari-hari di tempat kerja bersama rekan kerja.
Kerap kali, budaya dan hubungan dengan orang kantor yang dibangun di tempat kerja disalahartikan konteksnya sebagai hubungan ‘keluarga’.
Bahkan, sampai saat ini pun banyak perusahaan yang membuat branding keluarga di tempat kerja.
Kamu mungkin juga pernah menemukan lowongan atau perusahaan yang menjelaskan budaya lingkungan kerjanya dengan membawa kata ‘keluarga’.
Padahal, membuat branding keluarga memiliki efek yang toksik, lho, Kawan Puan.
Baca Juga: 5 Cara Wanita Karir Membangun Personal Branding di Media Sosial
Walaupun beberapa aspek dalam budaya kekeluargaan, seperti rasa hormat, empati, saling peduli, dan rasa memiliki, bisa menambah nilai, ternyata mereka memiliki efek yang lebih berbahaya.
Memangnya, apa saja efek toksik dari branding keluarga di lingkungan kerja?
Melansir Harvard Business Review, berikut ini sejumlah efek toksik branding keluarga yang tak jarang digunakan oleh banyak perusahaan.
1. Tidak ada batasan antara kehidupan pribadi dan profesional
Pertama-tama, kita harus memahami bahwa setiap orang memiliki arti ‘keluarga’ yang berbeda-beda.
Perusahaan harus tahu bahwa tidak semua orang ingin terlibat lebih dalam dengan rekan kerja mereka.