Ketika karyawan bekerja di bawah mentalitas ini, secara perlahan mereka akan mengalami penurunan kinerja dan produktivitas akibat kelelahan.
3. Dinamika kekuasaan tercipta, karyawan merasa dimanfaatkan
Terakhir, jika kamu mempromosikan budaya keluarga di tempat kerja, kamu perlu ingat bahwa tidak semua orang memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya.
Akibatnya, dinamika tersebut akan membuatnya merasa tidak berdaya untuk membela diri dan melakukan pekerjaan yang berada di luar zona nyaman mereka.
Masalah lain juga bisa muncul saat kamu harus membiarkan seseorang pergi atau memberikan feedback membangun kepada rekan kerja.
Baca Juga: Ternyata Profesi Guru juga Punya Jenjang Karier, Ini Penjelasannya!
Dalam budaya ‘keluarga’, semua itu akan terasa personal. Maka dari itu, perusahaan perlu tahu bahwa hubungan karyawan dan perusahaan hanya bersifat sementara.
Pada titik tertentu, hubungan tersebut akan berakhir. Sebaliknya, dengan membuat branding keluarga, maka secara tidak sadar akan menciptakan kiasan bahwa ikatan antara keduanya bertahan selamanya.
Adapun efek toksik branding keluarga di tempat kerja lainnya adalah kamu akan merasa kesulitan melapor ketika melihat perilaku terlarang rekan kerja.
Itulah beberapa efek toksik yang secara tidak sadar bisa terjadi ketika perusahaan memberikan branding keluarga di lingkungan kerja. (*)