Dalam konteks profesional, seorang karyawan tentunya akan ingin menyimpan rincian kehidupan pribadi mereka di luar pekerjaan.
Ketika perusahaan membuat branding tempat kerja sebagai ‘keluarga’, maka hal tersebut menciptakan budaya positif dan memotivasi.
Anggapan 'keluarga' pun akan membuat karyawan menjadi merasa terikat secara emosional dengan perusahaan.
Meskipun terdengar baik karena bisa mengurangi konflik dan pertentangan dalam perusahaan, namun karyawan akan merasa takut serta tegang dengan atasan mereka.
Akibatnya, mereka merasa harus selalu membagikan informasi apa apun yang diminta oleh atasan yang memiliki posisi lebih kuat.
Di samping itu, perusahaan yang membuat branding keluarga sering kali merasa tidak percaya dengan karyawan tersebut.
Baca Juga: Penting! Ini Panduan Jurnalis dalam Memberitakan Kasus Kekerasan terhadap Perempuan
2. Rasa loyalitas yang berlebihan
Dalam ranah keluarga sesungguhnya, ketika salah satu anggota keluarga membutuhkan sesuatu, maka kita akan dengan senang hati membantunya, kan?
Saat konsep tersebut diaplikasikan di tempat kerja, loyalitas akan disalahartikan sebagai bentuk harapan untuk melakukan dan menyelesaikan pekerjaan apa pun yang diminta.
Berbagai contoh dan penelitian mengungkap bahwa orang dengan rasa loyalitas berlebihan akan melakukan apa pun untuk mempertahankan pekerjaan mereka.
Selain itu, mereka juga lebih mungkin untuk dieksploitasi oleh atasan atau perusahaan tempat mereka bekerja.
Sebagai contoh, mereka diminta untuk bekerja dalam jangka waktu yang tidak masuk akal atau mengerjakan proyek yang tidak sesuai dengan posisi mereka.