Dokter Andri, Sp.KJ, FACLP, psikiater/spesialis kedokteran jiwa di Rumah Sakit OMNI Alam Sutera, menjelaskan di utas media sosial Twitter kenapa depresi sering dikaitkan dengan bunuh diri.
"Bunuh diri adalah risiko terbesar dari depresi karena mengancam nyawa. Tidak semua orang yang mengalami depresi bisa punya pikiran bunuh diri atau punya perilaku untuk melakukannya," tulisnya.
Ia menambahkan, bunuh diri dapat terjadi pada kasus depresi berat yang umumnya direncakan atau tidak tiba-tiba terjadi.
Bunuh diri adalah risiko terbesar dari Depresi karena mengancam nyawa. Tidak semua orang yang mengalami #Depresi bisa punya pikiran bunuh diri atau punya perilaku untuk melakukannya.
— Ki Samber Edan (@mbahndi) December 6, 2021
Bunuh diri bisa terjadi pd kasus depresi berat yg pd umumnya tidak tiba-tiba terjadi #utas
Baca Juga: Tanggapan Perwakilan Kantor Layanan Hukum Unibraw atas Meninggalnya NWR
Gejala
Dokter Andri menjelaskan bahwa depresi ditandai dengan gejala utama seperti mood yang sedih, putus asa, dan ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Bisa disebut depresi jika gejalanya berlangsung minimal dua minggu berturut-turut.
"Skrining depresi bisa dilakukan sndiri dengan PHQ-9, ada di pdskji.org," imbuhnya.
Selain gejala utama, depresi juga mengembangkan gejala seperti susah konsentrasi, gangguan tidur, gangguan makan, gejala fisik tidak jelas penyebabnya, dan mudah tersinggung.
"Pada beberapa kondisi berat, pikiran bunuh diri mulai datang bahkan melakukan upaya bunuh diri tersebut," jelas dr. Andri.