Parapuan.co - Meninggalnya mahasiswi Novia Widyasari atau NWR (23) karena depresi hingga bunuh diri menjadi perbincangan publik baru-baru ini.
Jasad NWR ditemukan meninggal di pusara sang ayah di pemakaman umum Desa Japan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (2/12/2021).
NWR meninggal bunuh diri diduga setelah menenggak racun.
Belakangan diketahui penyebab NWR mengakhiri hidupnya lantaran mengalami tekanan mental atau depresi berat.
Diduga depresi tersebut berakar karena kekerasan seksual, yaitu diperkosa hingga hamil oleh kekasihnya saat itu, Bripda Randy Bagus Hari Sasongko.
Tak cukup sampai di situ, NWR juga dipaksa menggugurkan kandungannya oleh pihak keluarga Bripda Randy.
Baca Juga: Mahasiswi Mojokerto Ditemukan Tewas Dekat Makam Ayahnya, Diduga Korban Kekerasan Seksual
Berkaca dari kasus meninggalnya NWR, sering kali depresi berat dikaitkan dengan bunuh diri karena merasa tidak dapat menanggung beban hidup.
Sebagai informasi, depresi adalah adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus-menerus sedih, tertekan, dan kehilangan minat dalam beraktivitas.
Akibatnya, individu dengan depresi mengalami penurunan kualitas hidup karena mood mereka tidak baik-baik saja.
Dokter Andri, Sp.KJ, FACLP, psikiater/spesialis kedokteran jiwa di Rumah Sakit OMNI Alam Sutera, menjelaskan di utas media sosial Twitter kenapa depresi sering dikaitkan dengan bunuh diri.
"Bunuh diri adalah risiko terbesar dari depresi karena mengancam nyawa. Tidak semua orang yang mengalami depresi bisa punya pikiran bunuh diri atau punya perilaku untuk melakukannya," tulisnya.
Ia menambahkan, bunuh diri dapat terjadi pada kasus depresi berat yang umumnya direncakan atau tidak tiba-tiba terjadi.
Bunuh diri adalah risiko terbesar dari Depresi karena mengancam nyawa. Tidak semua orang yang mengalami #Depresi bisa punya pikiran bunuh diri atau punya perilaku untuk melakukannya.
— Ki Samber Edan (@mbahndi) December 6, 2021
Bunuh diri bisa terjadi pd kasus depresi berat yg pd umumnya tidak tiba-tiba terjadi #utas
Baca Juga: Tanggapan Perwakilan Kantor Layanan Hukum Unibraw atas Meninggalnya NWR
Gejala
Dokter Andri menjelaskan bahwa depresi ditandai dengan gejala utama seperti mood yang sedih, putus asa, dan ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Bisa disebut depresi jika gejalanya berlangsung minimal dua minggu berturut-turut.
"Skrining depresi bisa dilakukan sndiri dengan PHQ-9, ada di pdskji.org," imbuhnya.
Selain gejala utama, depresi juga mengembangkan gejala seperti susah konsentrasi, gangguan tidur, gangguan makan, gejala fisik tidak jelas penyebabnya, dan mudah tersinggung.
"Pada beberapa kondisi berat, pikiran bunuh diri mulai datang bahkan melakukan upaya bunuh diri tersebut," jelas dr. Andri.
Cari Bantuan
Depresi berat dapat mengganggu kualitas hidup, dr. Andri menyarankan untuk mencari bantuan kesehatan jiwa seperti psikolog dan psikiater.
Serta, pasien diharapkan agar tidak ragu jika psikiater memberikan obat antidepresan untuk membantu meringankan gejala.
"Pengobatan depresi dengan antidepresan memang bukan satu-satunya, tapi bisa membantu segera menstabilkan neurotransmitter atau zat kimia di otak yang tidak seimbang karena depresi," lanjut dr. Andri.
Kesimpulannya, bunuh diri adalah risiko terbesar dari depresi berat.
Bunuh diri tidak terjadi begitu saja tapi direncanakan.
Jika Kawan Puan mengalami depresi, jangan ragu untuk mencari bantuan ke psikolog atau psikiater.
Mereka akan membantumu mengelola mood dan menghadapinya dengan cara yang sehat tanpa menyakiti diri sendiri.
Baca Juga: Kawal Kasus Wafatnya NWR, LBH Surabaya Pos Malang Upayakan Komunikasi dengan Keluarga Korban
(*)