Parapuan.co - Kawan Puan tentu sudah tahu bahwa Indonesia akan punya ibu kota negara baru yang terletak di Kalimantan.
Beberapa waktu lalu, telah ditetapkan bahwa ibu kota negara (IKN) nantinya bakal berada di wilayah Kalimantan Timur.
Hingga akhir tahun 2021, pemerintah dan DPR masih mematangkan Rancangan Undang-Undang (RUU) IKN ini.
Seiring dengan persiapan pemindahan ibu kota dari Jawa ke Kalimantan, sektor perekonomian menjadi perhatian.
Pasalnya berpindahnya ibu kota ke Kalimantan tentu akan memengaruhi perekonomian dan investasi di pulau terbesar di Indonesia itu.
Baca Juga: Film Bara Ceritakan Perjuangan Seorang Kakek Lindungi Hutan Adat Kalimantan
Oleh karenanya, pemerintah mesti mempertimbangkan bagaimana memajukan Kalimantan, khususnya Kaltim jika nanti menjadi lokasi ibu kota negara.
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan pandangannya terkait hal tersebut.
Ia mengungkap strategi ekonomi untuk mendorong investasi di Kalimantan yang jadi lokasi IKN dalam acara virtual "Kompas Talks: Ekonomi Kalimantan 2022", Rabu (8/12/2021).
"Begitu dijadikan ibu kota negara baru, akan ada perubahan permintaan dan peluang investasi yang sangat berbeda," ucap Amalia Adininggar Widyasanti.
Perubahan wilayah dari yang semula didominasi perkebunan sawit menjadi kawasan industri memang tidak mudah.
Untuk itu, Amalia menilai pemerintah perlu membuat kebijakan terkait empat faktor yang dapat mendorong kemajuan di sana.
"Satu, dia harus tumbuh tinggi. Karena pertumbuhannya hampir rata-rata sama dengan nasional, sementara potensinya sangat besar," tutur Amalia.
"Kedua, tumbuh yang inklusif karena di Kalimantan ada kesenjangan pendapatan yang sangat signifikan," imbuhnya lagi.
Ia juga menuturkan, harus ada keberlanjutan dan modernisasi jika setelah IKN berdiri nanti.
"Selain berkelanjutan, yang ketiga karena akan jadi ibu kota negara baru maka harus modern," tambah perempuan kelahiran 1972 itu.
Baca Juga: Sebelum Membeli, Ketahui Kelebihan dan Kekurangan Investasi Properti
Tak hanya di Kalimantan Timur, tetapi juga mesti ada pembangunan berbagai sektor di provinsi lain di Kalimantan.
Untuk itu, diperlukan pula strategi yang lebih spesifik di berbagai sektor yang mungkin akan membantu peningkatan perekonomian dan mendorong investasi.
"Ada kekuatan ekonomi baru dengan senternya adalah IKN. Artinya ada peluang-peluang baru di sektor-sektor investasi yand ditawarkan, jadi harus lebih spesifik," ungkap Amalia.
Amalia menilai, untuk mendorong investasi tak cukup dengan mengeksplorasi sumber daya alam (SDA) saja.
Akan tetapi, harus ada kebijakan di sektor primer lain dan menggali potensi lainnya yang ada di Kalimantan.
"Kita harus tahu penopang ibu kota baru itu, apanya ada di mana," kata Amalia.
"Jadi sektor penopang pariwisatanya seperti apa, residensialnya seperti apa, bisnisnya seperti apa," tuturnya lagi.
Hal ini menurut Amalia, dilakukan agar apa yang terjadi di Kalimantan kelak tidak seperti di Jawa sekarang.
Baca Juga: 4 Tempat Wisata Indah di Balikpapan, Hidden Gem dari Timur Kalimantan
Sebagaimana diketahui, di Pulau Jawa maju secara industri tetapi tidak memiliki struktur yang terintegrasi.
Di Jawa, sejumlah industri masih harus melakukan ekspor-impor manufaktur untuk produk yang mereka jual.
Artinya ada bahan baku, tetapi harus diekspor untuk diolah dan diimpor lagi baru kemudian dipasarkan.
Ia berharap, di Kalimantan nantinya tidak perlu seperti itu sehingga lebih mandiri dan dapat turut memajukan perekonomian di Indonesia secara umum. (*)