Parapuan.co - Apakah kamu pernah mendengar tentang PMDD yang merupakan salah satu gangguan menstruasi selain PMS?
Premenstrual dysphoric disorder (PMDD) atau gangguan dysphoric pramenstruasi adalah bentuk yang jauh lebih parah dari sindrom pramenstruasi (PMS).
Di mana perempuan yang mengalami PMDD kondisi medisnya cukup parah dan kronis sehingga membutuhkan perhatian dan perawatan.
Dilansir dari Hopkins Medicine, penyebab pasti PMDD belum diketahui secara pasti.
Namun, PMDD bisa terjadi karena adanya reaksi abnormal terhadap perubahan hormon normal yang terjadi pada setiap siklus menstruasi.
Perubahan hormon dapat menyebabkan defisiensi atau kekurangan hormon serotonin.
Serotonin ialah zat yang ditemukan secara alami di otak dan usus yang mempersempit pembuluh darah dan memengaruhi suasana hati serta menyebabkan gejala fisik.
Lantas apa saja faktor risiko seorang perempuan bisa mengalami PMDD?
Baca Juga: Akses Layanan Kesehatan Belum Merata, Pihak Kemenkes Tawarkan Solusi Ini
Setiap perempuan bisa mengalami PMDD, tetapi kondisi ini bisa berisiko lebih tinggi bagi mereka yang,
- memiliki riwayat keluarga yang menderita PMDD.
- memiliki riwayat depresi pribadi atau keluarga, depresi pascapersalinan, atau gangguan mood lainnya.
Adapun faktor risiko lain yang juga bisa menyebabkan PMDD, seperti pendidikan yang rendah dan kebiasaan merokok.
Gejala PMDD
Gejala PMDD muncul selama seminggu sebelum menstruasi dan berakhir dalam beberapa hari setelah menstruasi dimulai.
Kemudian, disebabkan PMDD ini gejalanya beraneka ragam dan sakit, maka perempuan yang mengalami kondisi ini kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Gejala PMDD sendiri meliputi:
1. Gejala psikologis
- Sifat lekas marah, gugup
- Insomnia
- Sulit berkonsentrasi
- Depresi
- Kelelahan, kecemasan, dan kebingungan
- Citra diri yang buruk
- Sulit tidur
2. Gejala gastrointestinal
- Kram perut
- kembung
- Sembelit
- Mual
- muntah
- Berat atau tekanan panggul
- Sakit punggung
Baca Juga: Kondisi Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan yang Perlu Diperiksa ke Dokter Kandungan
3. Masalah kulit
- Jerawat
- Peradangan kulit dengan gatal
4. Gejala neurologis dan vaskular
- Sakit kepala
- Pusing
- Pingsan
- Mati rasa, kesemutan, atau sensitivitas tinggi pada lengan dan/atau kaki
- Mudah memar
- Palpitasi jantung
- Kejang otot
Selain itu, perempuan yang mengalami PMDD, juga bisa merasakan gejala lain seperti menstruasi yang menyakitkan, gairah seks berkurang, dan perubahan nafsu makan.
Mengetahui berbagai gejala di atas, tak dimungkiri bahwa PMDD ini merupakan kondisi kronis yang serius dan membutuhkan perawatan.
Baca Juga: Selebgram Laura Anna Lumpuh Akibat Spinal Cord Injury, Penyakit Apa Itu?
Beruntungnya beberapa pengobatan dapat membantu meringankan atau mengurangi keparahan gejala PMDD:
- Perubahan pola makan untuk meningkatkan protein dan karbohidrat serta mengurangi gula, garam, kafein, dan alkohol
- Latihan rutin
- Manajemen stres
- Suplemen vitamin (seperti vitamin B6, kalsium, dan magnesium)
- Obat anti inflamasi
- Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI)
- Pil KB
Namun perlu diperhatikan bahwa jangan asal mengonsumsi obat untuk PMDD, ya.
Bagaimana pun, sebaiknya konsultasikan ke dokter terlebih dahulu agar mendapat dosis dan perawatan yang tepat untuk masalahmu. (*)