3) Sadari kebahagian diri sendiri
Ketika seseorang berada di dalam toxic marriage, sering kali lupa memikirkan kebahagiaan pasangan atau orang lain.
Padahal kamu perlu untuk memikirkan kebahagiaan dirimu sendiri terlebih dahulu.
"Jangan lupa beri kesempatan kepada dirimu sendiri untuk mendapatkan bahagiamu. Sering kali yang dikasih kesempatan suaminya. Seperti dikasih kesempatan kedua walau dia selingkuh, dikasih kesempatan lagi walau dia melakukan kekerasan. Tapi kadang kamu lupa untuk memberikan kesempatan terhadap dirimu sendiri," kata Poppy.
"Berikan waktu kepada dirimu untuk menganalisa, melakukan evaluasi, dan melihat plus minus jika pernikahan ini dipertahankan," lanjutnya.
Baca juga: Begini Cara Mengasuh Anak Perempuan ala Artika Sari Devi dan Baim
4) Jangan libatkan anak-anak dalam pengambilan keputusan
Ada baiknya ketika memutuskan untuk bercerai, jangan melibatkan anak.
Pasalnya anak-anak tidak menjalani kehidupan suami istri atau dua orang dewasa jalani.
Namun perlu melibatkan peran anak untuk membuat dinamika kehidupan yang baru usai bercerai.
"Jangan hanya bercerai, kita perlu melibatkan dinamika kehidupan baru yang tidak sulit buat mereka. Jangan sampai, sebelum cerai, kita sudah berbicara ke anak dan meminta izin mau cerai. Itu nggak adil buat mereka. Kamu adalah orang dewasa di sini dan kamu yang memutuskan. Kenapa jadi anak-anak yang disuruh untuk memutuskan? Nggak bisa dong," jelas Poppy.
"Kalau kita melibatkan anak-anak dalam pengambilan keputusan, anak-anak akan berpikir mereka yang membuat orang tua mereka bercerai. Sedangkan kalau anak-anak menyuruh bertahan dan melihat ibunya babak belur sama bapaknya, anak-anak akan menyalahkan dirinya," tambahnya.