Parapuan.co- Toxic marriage adalah hubungan beracun antara suami istri di dalam ikatan pernikahan yang cenderung melukai atau merugikan satu sama lain dalam berbagai aspek.
Hubungan jenis ini tentu berbahaya bagi pernikahan karena menciptakan rasa tidak aman, tidak berkembang, didominasi, tidak bebas menjadi diri sendiri, dan perasaan negatif lainnya.
Hal tersebut ternyata pernah dialami oleh Poppy Dihardjo yang merupakan pegiat isu perempuan sekaligus Advertising Suit.
Saat diwawancarai PARAPUAN pada Minggu (5/12/2021) lalu, Poppy Dihardjo membagikan beberapa tips untuk keluar dari hubungan pernikahan yang beracun.
Baca juga: Sosok Poppy Dihardjo, Pencetus Petisi Viral Nama Ibu Boleh Ditulis di Ijazah Anak
Sebelumnya, ibu satu anak ini sempat bercerita melalui Instagram Story bahwa ia pernah mendapatkan kekerasan hingga diselingkuhi oleh sang mantan suami hingga akhirnya memutuskan untuk bercerai.
Sebagai seorang ibu tunggal, ia menceritakan dua hal yang melatar belakangi perempuan maju mundur untuk memutuskan bercerai.
"Kalau ditanya soal tips keluar dari toxic marriage, setiap cerita orang berbeda-beda. Namun rata-rata yang cerita ke aku, common ground-nya sama. Anak nomor satu, keluarga nomor dua. Apa yang akan terjadi dengan anakku kalau kami berpisah. Bagaimana nanti keluarga menerima keputusanku kalau aku berpisah," ujar Poppy.
"Dua latar belakang tersebut perlu diuraikan. Apakah benar karena hal itu. Belum tentu perempuan nggak mau bercerai karena alasan anak, tapi biasanya karena ketergantungan secara finansial. Sehingga mereka berpikir bahwa mereka tidak bisa mengurus anak-anak mereka sendiri," tambahnya.
Lalu bagaimana cara memberanikan diri untuk keluar dari toxic marriage?
Menurut Poppy Dihardjo, berikut beberapa tips yang perlu dilakukan untuk keluar dari pernikahan beracun:
1) Lakukan assestment
Saat ingin memutuskan bertahan pada relasi toxic marriage, lakukan evaluasi apa plus minusnya.
Kemudian tanyakan kepada diri sendiri apakah pernikahan yang kamu jalani patut untuk dipertahankan atau tidak.
"Biasanya yang sering datang ke aku selalu bertanya, "apakah pernikahanku bisa dipertahankan?". Aku tidak bisa memberikan solusi untuk masalah rumah tangga orang lain. Namun pertanyaan yang harus ditanya kepada diri sendiri adalah, apakah pernikahan ini patut dipertahankan bukan bisa atau enggak. Kalau bisa dipertahankan tentu bisa, karena aku bertahan di toxic marriage selama 10 tahun," ujar Poppy yang kerap mendapat curhatan dari followersnya di sosial media soal toxic marriage.
Baca juga: Perjuangan Poppy Dihardjo agar Nama Ibu Tunggal Bisa Dicantumkan Dalam Ijazah Anak
2) Bedakan kemelekatan dengan rasa cinta
Banyak yang bertahan di dalam pernikahan beracun dengan alasan masih mencintai pasangan.
Ada baiknya cari tahu lebih dahulu apa hal yang membuatmu mencintai pasangan hingga ingin bertahan walau hubungan toxic.
"Kita harus sadari apakah itu cinta atau kemelekatan yang membuat bertahan. Banyak orang yang merasa sudah terlalu melekat dengan pasangannya dan berpikir jika orang itu tidak ada maka hidupnya tidak sempurna. Padahal sebenarnya enggak," ujar Poppy.
3) Sadari kebahagian diri sendiri
Ketika seseorang berada di dalam toxic marriage, sering kali lupa memikirkan kebahagiaan pasangan atau orang lain.
Padahal kamu perlu untuk memikirkan kebahagiaan dirimu sendiri terlebih dahulu.
"Jangan lupa beri kesempatan kepada dirimu sendiri untuk mendapatkan bahagiamu. Sering kali yang dikasih kesempatan suaminya. Seperti dikasih kesempatan kedua walau dia selingkuh, dikasih kesempatan lagi walau dia melakukan kekerasan. Tapi kadang kamu lupa untuk memberikan kesempatan terhadap dirimu sendiri," kata Poppy.
"Berikan waktu kepada dirimu untuk menganalisa, melakukan evaluasi, dan melihat plus minus jika pernikahan ini dipertahankan," lanjutnya.
Baca juga: Begini Cara Mengasuh Anak Perempuan ala Artika Sari Devi dan Baim
4) Jangan libatkan anak-anak dalam pengambilan keputusan
Ada baiknya ketika memutuskan untuk bercerai, jangan melibatkan anak.
Pasalnya anak-anak tidak menjalani kehidupan suami istri atau dua orang dewasa jalani.
Namun perlu melibatkan peran anak untuk membuat dinamika kehidupan yang baru usai bercerai.
"Jangan hanya bercerai, kita perlu melibatkan dinamika kehidupan baru yang tidak sulit buat mereka. Jangan sampai, sebelum cerai, kita sudah berbicara ke anak dan meminta izin mau cerai. Itu nggak adil buat mereka. Kamu adalah orang dewasa di sini dan kamu yang memutuskan. Kenapa jadi anak-anak yang disuruh untuk memutuskan? Nggak bisa dong," jelas Poppy.
"Kalau kita melibatkan anak-anak dalam pengambilan keputusan, anak-anak akan berpikir mereka yang membuat orang tua mereka bercerai. Sedangkan kalau anak-anak menyuruh bertahan dan melihat ibunya babak belur sama bapaknya, anak-anak akan menyalahkan dirinya," tambahnya.
5) Fokus ke suatu hal yang bisa kamu kontrol
Salah satu hal yang membuat diri sendiri bertahan di sebuah pernikahan beracun adalah terlalu memikirkan hal yang sebenarnya tidak bisa kamu kontrol.
Kamu tidak perlu memikirkan hal yang tidak bisa kamu kontrol seperti omongan orang, omongan keluarga besar, atau ketakutan jika pasangan tidak memberi perhatian kepada anak.
Memang perlu sekali untuk fokus terhadap sesuatu yang bisa kamu kontrol seperti memperhatikan kebahagiaan diri sendiri dan tidak berkurang kasih sayang kepada anak jika bercerai.
"Pertama, ketika akan bercerai, kita sering kali memikirkan nasib anak-anak bagaimana ya. Pikiran itu biasanya disebabkan karena nafkah. Nanti siapa yang akan menafkahi anak. Kedua, kita takut pasangan kita tidak bisa memberikan perhatian kepada anak," ujar Poppy.
"Biasanya kalau alasannya perhatian dan kasih sayang anak, aku selalu bertanya, apakah kamu memberi kasih sayang ke anak 50:50 dengan suami atau 100 persen? Kalau masing-masing 100 persen, apakah kasih sayangmu kepada anak berkurang ketika bercerai? Tentu tidak. Anak-anak tidak akan merasa kekurangan kalau kamunya tetap memberikan porsi kasih sayang yang sama. Jika kamu khawatir anak-anak tidak akan mendapat kasih sayang yang sama dari pasanganmu, that's not your problem. Itu tanggung jawab pasanganmu," tambahnya lagi.
Baca juga: Mengenal No Recruit List, Tempat Pengaduan Kekerasan Seksual di Tempat Kerja
6) Melihat potensi keluar dari toxic marriage
Orang yang terjebak di dalam pernikahan beracun kerap lupa untuk melihat potensi yang mereka miliki jika keluar dari relasi tersebut.
Kebanyakan yang mereka lihat adalah konsekuensinya.
Padahal ketika kamu memutuskan berpisah dari pasangan toxic, hidupmu akan terasa lebih bahagia.
"Kadang orang selalu berpikir konsekuensi dibanding potensi ketika keluar dari pernikahan beracun. Seperti "wah nanti anakku begini", "wah nanti kata keluarga besar begini" atau hal-hal yang menyedihkan lainnya. Namun sayang, potensinya nggak dilihat," ujar Poppy.
"Potensinya apa sih? Kamu merdeka, kamu bahagia. Ketika anakmu melihat kamu bahagia, akan menjadi anak yang bahagia juga," tutupnya.
Semoga beberapa tips yang disampaikan oleh Poppy Dihardjo bisa membantu Kawan Puan untuk terlepas dari penjara toxic marriage. (*)