Sehingga, munculnya ia menjadi lebih sensitif jika ada pemicu stress di aktivitas sehari-harinya, dan berdampak kondisi gejala PMDD yang menjadi lebih buruk.
Hingga kini, penelitian hubungan antara stres dan gejala kondisi berupa PMDD yang memburuk masih terus menjadi perhatian.
Jika memang terdapat kemungkinan hubungan antara respons stres dan PMDD, maka tindakan penanganan yang bisa dilakukan adalah mengubah gaya hidup dan mengurangi pemicu stres.
4. Riwayat Gangguan Mood
Memiliki riwayat mood disorder juga dapat meningkatkan risiko perempuan mengalami PMDD.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychol Med menunjukkan bahwa 50% perempuan yang didiagnosis PMDD memiliki gangguan kecemasan, dibandingkan dengan 22% perempuan tanpa PMDD.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan, Kenali Perbedaan PMS dan PMDD
Selain itu, 30% perempuan dengan PMDD juga didiagnosis memiliki gangguan depresi, dibandingkan dengan 12% perempuan tanpa PMDD.
Tak sampai di situ, memiliki riwayat keluarga dengan mood disorder juga bisa meningkatkan kemungkinan PMDD.
5. Merokok
Kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan risiko PMS dan PMDD yang parah, berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Epidemiology.
Meneliti 3.000 perempuan berusia 27 hingga 44 tahun selama 10 tahun, ditemukan fakta bahwa mereka yang memiliki riwayat merokok dua kali lebih rentan mengalami PMS dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok.
Tak hanya itu, mereka yang mulai merokok sebelum usia 15 tahun bahkan memiliki risiko 2,5 kali lebih besar terhadap hal sama dan PMDD mungkin mengikuti, berdasarkan penelitian yang diterbitkan di American Journal of Epidemiology.
Demikian faktor risiko terjadinya kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan berupa PMDD.
(*)