Parapuan.co - Kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan erat kaitannya dengan menstruasi.
Istilah PMS atau premenstrual syndrome tentu sudah tidak asing lagi bagi Kawan Puan.
Tetapi selain PMS, terdapat pula gangguan menstruasi lainnya yakni PMDD atau premenstrual dysphoric disorder.
Hal yang membedakan kedua kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan ini adalah gejalanya.
Gejala PMDD cenderung lebih parah dan mengarah pada moodswing lho, Kawan Puan.
Baca Juga: Kondisi Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan yang Perlu Diperiksa ke Dokter Kandungan
Melansir dari laman Very Well Health, PMDD diperkirakan disebabkan oleh gangguan yang mengubah neurokimia dan sirkuit komunikasi otak.
PMDD ditandai dengan perubahan suasana hati yang parah dan terjadi pada satu atau dua minggu sebelum menstruasi.
Biasanya, gejala ini akan hilang setelah menstruasi dimulai.
Perubahan hormon memang menjadi faktor utama terjadinya PMDD, namun terdapat faktor risiko lainnya yang membuat sebagian perempuan mengalami PMDD.
Berikut faktor risiko yang membuat perempuan rentan mengalami salah satu kondisi kesehatan organ kewanitaan yakni PMDD:
1. Genetika
Perempuan yang mengalami kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetik.
Latar belakang genetik berupa sensitivitas hormonal dapat membuat seorang perempuan mengalami PMDD.
Hal ini dibuktikan oleh para peneliti National Institute of Health yang menemukan bahwa perempuan dengan PMDD memiliki perubahan pada salah satu kompleks gen yang mengontrol bagaimana mereka merespons estrogen dan progesteron.
Lebih dari itu, penemuan ini juga memberikan bukti ilmiah bahwa sesuatu yang biologis dan di luar kendali mampu menyebabkan perubahan suasana hati seorang perempuan.
2. Infeksi dan Kekebalan Tubuh
Mood disorder memiliki kaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Adanya infeksi dan penyebab lain dari peradangan juga memicu memburuknya gejala pada pasien dengan masalah kesehatan mental.
Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan : Kenali Gejala dan Penyebab Menorrhagia
Penelitian awal menunjukkan bahwa perempuan dengan gejala pramenstruasi lebih buruk memiliki respons inflamasi yang tinggi selama fase luteal, dibandingkan dengan perempuan minim gejala.
Kendati demikian, hubungan antara kesehatan organ kewanitaan PMDD dan peradangan masih belum jelas.
3. Stress
Para peneliti sedang melihat hubungan antara Allopregnanolone (ALLO) dan respons stres pada perempuan dengan PMDD.
ALLO biasanya meningkat pada saat stres akut dan memiliki efek menenangkan. Namun, studi eksperimental menunjukkan respons ini menurun dalam kasus stres kronis.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Women's Health ini bisa menjelaskan mengapa beberapa, tetapi tidak semua, perempuan dengan PMDD juga memiliki riwayat gejala stress yang cukup parah, seperti pelecehan fisik, emosional, atau seksual pada masa kanak-kanak.
Sehingga, munculnya ia menjadi lebih sensitif jika ada pemicu stress di aktivitas sehari-harinya, dan berdampak kondisi gejala PMDD yang menjadi lebih buruk.
Hingga kini, penelitian hubungan antara stres dan gejala kondisi berupa PMDD yang memburuk masih terus menjadi perhatian.
Jika memang terdapat kemungkinan hubungan antara respons stres dan PMDD, maka tindakan penanganan yang bisa dilakukan adalah mengubah gaya hidup dan mengurangi pemicu stres.
4. Riwayat Gangguan Mood
Memiliki riwayat mood disorder juga dapat meningkatkan risiko perempuan mengalami PMDD.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychol Med menunjukkan bahwa 50% perempuan yang didiagnosis PMDD memiliki gangguan kecemasan, dibandingkan dengan 22% perempuan tanpa PMDD.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan, Kenali Perbedaan PMS dan PMDD
Selain itu, 30% perempuan dengan PMDD juga didiagnosis memiliki gangguan depresi, dibandingkan dengan 12% perempuan tanpa PMDD.
Tak sampai di situ, memiliki riwayat keluarga dengan mood disorder juga bisa meningkatkan kemungkinan PMDD.
5. Merokok
Kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan risiko PMS dan PMDD yang parah, berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Epidemiology.
Meneliti 3.000 perempuan berusia 27 hingga 44 tahun selama 10 tahun, ditemukan fakta bahwa mereka yang memiliki riwayat merokok dua kali lebih rentan mengalami PMS dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok.
Tak hanya itu, mereka yang mulai merokok sebelum usia 15 tahun bahkan memiliki risiko 2,5 kali lebih besar terhadap hal sama dan PMDD mungkin mengikuti, berdasarkan penelitian yang diterbitkan di American Journal of Epidemiology.
Demikian faktor risiko terjadinya kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan berupa PMDD.
(*)