Parapuan.co - Persiapan sekolah tatap muka menjadi perhatian orang tua setelah program pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas mulai diberlakukan.
Selain mempersiapkan kondisi kesehatan fisik dan mental anak untuk kembali belajar di kelas, orang tua juga perlu memperhatikan keterampilan sosial anak.
Salah satu yang perlu diajarkan orang tua dalam persiapan sekolah tatap muka adalah mengajarkan anak untuk menghargai temannya, khususnya bagi anak laki-laki terhadap perempuan.
Melihat belakangan banyak kasus kekerasan seksual dan gender yang terjadi, ternyata perempuan masih menjadi sasaran perilaku tidak pantas tersebut.
Banyaknya kasus kekerasan seksual dan gender ini salah satunya disebabkan oleh bias gender di masyarakat.
Baca Juga: Cara Tepat Memilih Sunscreen Anak untuk Persiapan Sekolah Tatap Muka
Belum lagi, pendidikan bagi anak laki-laki sejak dini untuk terbiasa menghargai perempuan masih tergolong minim.
Sementara, upaya pencegahan kekerasan berbasis gender bukan hanya perlu dilakukan oleh perempuan, melainkan juga laki-laki.
Dalam hal ini, orangtua memiliki peran penting untuk memasukkan nilai tersebut dalam pola asuh untuk anak laki-laki.
Selengkapnya, PARAPUAN akan membahas cara mengajarkan anak laki-laki menghargai perempuan menjelang persiapan pembelajaran tatap muka.
Cara Mengajari
Memberikan pengajaran ini pada anak dalam persiapan sekolah tatap muka dapat dimulai saat anak mulai berkenalan dengan lingkungan sosialnya.
Pendidikan yang tepat akan menanamkan sikap peka, rasa hormat, belas kasih, dan kebaikan hati anak laki-laki kepada lawan jenisnya.
Memberikan pemahaman akan beberapa hal seperti siulan atau komentar tertentu menjadi penting karena hal tersebut bisa jadi bentuk pelecehan kepada perempuan.
Melansir dari laman Kompas.com, mengajari anak laki-laki menghargai anak perempuan bisa berdasarkan usia.
Anak Laki-Laki Usia 5-12 Tahun
Dalam rentang usia anak di bangku TK hingga Sekolah Dasar (SD), orang tua bisa mempertimbangkan media yang disaksikan oleh anak, termasuk ada atau tidaknya unsur pornografi.
Baca Juga: Persiapan Sekolah Tatap Muka, Kenali Dampak Long Covid pada Anak
Hal ini dinilai penting karena seiring berjalannya waktu, semakin banyak media yang seolah menormalisasikan tindak kekerasan tanpa memerhatikan dampaknya bagi anak-anak yang menyaksikan.
Sebagai orang tua, meminimalisir paparan anak terhadap acara televisi, media sosial atau game yang menonjolkan rasa tidak hormat atau manusiawi kepada perempuan wajib dilakukan.
Saat anak menginjak usia 11 tahun, Kawan Puan bisa mulai mendiskusikan tentang konten pornografi yang sifatnya hardcore, kekerasan, dan merendahkan secara objektif.
Sampaikan kepada mereka bahwa perempuan tidak diciptakan untuk diperlakukan secara kasar atau direndahkan.
Pastikan dalam persiapan pembelajaran tatap muka ini Kawan Puan melakukan monitor pada anak. Usahakan untuk menghindarinya dari tontonan pornografi dan ganti dengan pendidikan seksual sejak dini yang lebih bermanfaat.
Lebih dari itu, upaya ini sekaligus mencegah terjadinya masalah kekerasan dalam rumah tangga dan rasa tidak hormat yang mungkin dilakukan anak di masa depan.
Di saat yang sama, orang tua juga bisa mulai bisa bicara terbuka kepada anak tentang pentingnya sikap menghormati perempuan.
Sembari membicarakannya, kamu bisa menanyakan pendapat mereka dan gali lebih dalam soal responsnya. Diskusi dapat membantu meningkatkan empati dan beberapa perspektif, sehingga anak laki-laki memiliki kesadaran sosial dan hati nurani.
Anak Laki-Laki 12-18 Tahun
Untuk anak usia remaja laki-laki, Kawan Puan perlu mengajarkan perihal keintiman, consent, dan batasan.
Tak hanya itu, remaja laki-laki juga harus diberitahu bahwa seks bukan hanya aktivitas fisik namun juga melibatkan emosional.
Baca Juga: Persiapan Sekolah Tatap Muka, 5 Cara Mencegah Kecanduan Gadget pada Anak
Sementara, memisahkan keintiman dengan emosi cenderung menyebabkan miskomunikasi dan pemaksaan seksual.
Perlu ditegaskan juga bahwa remaja laki-laki tidak boleh menyentuh seorang perempuan tanpa persetujuan eksplisit dari pihak perempuan, apa pun bentuknya.
Sampaikan apapun bentuk penolakan, maka tidak boleh dilakukan. Dalam menyampaikan ini, Kawan Puan juga bisa memberikan contoh situasi dan risiko perbuatannya itu.
Mengajarkan remaja laki-laki untuk tidak mementingkan diri sendiri dan berperilaku lembut, mengenalkan mengenai konsep batasan yang harus dihargai, tanpa tawar menawar juga penting dilakukan.
Melakukan upaya di atas akan membuat anak laki-laki secara perlahan mampu menghargai perempuan dalam interaksi sosialnya.
Oleh karena itu, mengajarkan anak laki-laki dalam menghargai perempuan menjadi hal yang penting dilakukan orang tua dalam persiapan sekolah tatap muka.
(*)