Parapuan.co - Menjaga kesehatan seksual dan reproduksi perempuan usia menopause juga penting, Kawan Puan.
Menopause merupakan suatu kondisi saat perempuan telah melewati dua belas bulan berturut-turut tanpa periode menstruasi.
Perempuan mengalami menopause rata-rata berusia 45 tahun hingga 51 tahun.
Sebelum menopause, terdapat kondisi yang disebut dengan perimenopause.
Perimenopause merupakan transisi alami ke menopause, menandai akhir dari tahun-tahun reproduksi.
Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: Risiko Hubungan Intim saat Menstruasi
Maka itu, menjaga kesehatan seksual dan reproduksi perempuan di masa perimenopause juga penting.
Perimenopause dapat terjadi di usia 40-an, tetapi beberapa perempuan akan melihat perubahan pada usia pertengahan 30-an, seperti dilansir dari Mayoclinic.
Tingkat estrogen hormon utama perempuan dalam tubuh naik dan turun secara tidak merata selama perimenopause.
Siklus menstruasi Kawan Puan mungkin memanjang atau memendek, dan mungkin mulai mengalami siklus menstruasi di mana ovarium tidak melepaskan sel telur (ovulasi).
Dengan mengetahui tanda-tanda perimenopause, Kawan Puan dapat melakukan perawatan kesehatan organ intim wanita pada masa ini.
Berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan, gejala perimenopause di antaranya yakni kekeringan pada vagina, masalah tidur, dan hot flashes.
Konsultasi ke dokter untuk mendapat perawatan yang membantu meringankan gejala ini.
Setelah melewati 12 bulan berturut-turut tanpa periode menstruasi, perempuan telah resmi mencapai menopause, dan periode perimenopause berakhir.
Berikut gejala perimenopause yang kemungkinan dapat dialami oleh perempuan dalam masa transisi menopause:
Baca Juga: Risiko Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan dari Mencabut Rambut Kemaluan
- Periode menstruasi tidak teratur. Karena ovulasi menjadi tidak dapat diprediksi, lamanya waktu antara periode mungkin lebih lama atau lebih pendek.
- Hot flashes dan masalah tidur. Hot flashes sering terjadi selama perimenopause.
- Perubahan suasana hati. Seperti lekas marah atau peningkatan risiko depresi dapat terjadi selama perimenopause.
- Masalah vagina dan kandung kemih. Saat kadar estrogen berkurang, jaringan vagina mungkin kehilangan pelumasan dan elastisitas, sehingga membuat hubungan seksual menjadi menyakitkan.
- Menurunkan kesuburan. Saat ovulasi menjadi tidak teratur, kemampuan untuk hamil menurun.
- Perubahan fungsi seksual. Selama perimenopause, gairah dan keinginan seksual dapat berubah.
Untuk menjaga kesehatan organ intim wanita, Kawan Puan dapat memperhatikan gejala-gejala ini.
Kemudian gejala lainnya yakni berikut:
Kehilangan kepadatan tulang
Kawan Puan dapat mulai kehilangan kepadatan lebih cepat hingga meningkatkan risiko osteoporosis, yakni penyakit yang menyebakan tulang rapuh.
Mengubah kadar kolesterol
Penurunan kadar estrogen dapat menyebabkan perubahan yang tidak menguntungkan pada kadar kolesterol darah.
Termasuk peningkatan kolesterol low-density lipoprotein (LDL) kolesterol "jahat" yang berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit jantung.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan, Kenali Perbedaan PMS dan PMDD
Pada saat yang sama, kolesterol high-density lipoprotein (HDL) kolesterol "baik" menurun pada banyak perempuan seiring bertambahnya usia, yang juga meningkatkan risiko penyakit jantung.
Beberapa perempuan dapat berkonsultasi ke dokter untuk meringankan gejala perimenopause.
Tetapi sebagian masih bisa mentolerir perubahan atau tidak mengalami gejala yang cukup parah.
Supaya lebih aman, Kawan Puan dapat berkonsultasi ke dokter lebih lanjut terkait perimenopause dalam menjaga kesehatan seksual dan reproduksi perempuan.
(*)