Parapuan.co - Bagi banyak orang, keterbatasan merupakan penghalang yang menyebabkan seseorang menjadi sulit berkembang.
Tanpa kita sadari, sering kali keterbatasan itu tercipta karena stigma yang ada di lingkungan kita sendiri.
Karenanya, penting untuk memiliki mindset atau pola pikir yang berbeda untuk mendobrak batasan yang menghambat kita untuk terus berkembang.
Hal inilah yang dilakukan oleh Nicky Claraentia Pratiwi, seorang Disability Womenpreneur yang sudah bergelut di dunia social enterprise sejak tahun 2017.
Perempuan yang dikenal dengan nama panggung Nicky Clara ini, lahir di Jakarta, pada 1 Juli 1990.
Ia merupakan seorang penyandang tunadaksa yang lahir dengan kaki kiri yang tidak sempurna.
Baca Juga: Cerita Poppy Dihardjo Soal Stigma Janda yang Disematkan Pada Dirinya
Saat usianya menginjak satu tahun, Nicky harus kehilangan setengah bagian kaki kirinya yang diamputasi agar bisa memakai prosthetic leg atau kaki palsu.
Namun, keterbatasan fisik dan stigma yang dihadapinya tidak membuat Nicky lantas diam saja.
Perempuan yang memiliki mimpi sederhana untuk bisa tampil di layar kaca ini bahkan telah sukses mengembangkan berbagai social enterprise.
Lewat Thisable Enterprise, Tenoon, Berdaya Bareng, Kamu Wear, dan Menembus Batas, Nicky sudah memberdayakan banyak penyandang disabilitas yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bagi Nicky, stigma yang diberikan masyarakat tentang dirinya sebagai penyandang disabilitas adalah bahan bakar yang mendorongnya untuk mencoba hal baru yang melampaui batasan yang dibuat oleh orang lain.
“Lahir sebagai seorang disabilitas itu selalu diberikan limitation. Jadi ada perasaan di mana aku ingin eksplor, mencoba, break my limit, and have another limit. Aku ingin melakukan hal-hal yang dilakukan orang lain,” cerita Nicky kepada PARAPUAN.
Menurut Nicky, limitation is only a mindset atau batasan hanyalah sebuah mindset.
Pola pikir ini mulai ia terapkan ketika ia sadar bahwa keterbatasan yang selama ini ia miliki hanyalah sebuah mindset yang terbentuk karena persepsi yang ia dapatkan dari orang lain.
“Sampai akhirnya aku paham bahwa batasan-batasan yang kita miliki itu adalah sebuah mindset yang tertanam di dalam diri kita, yang didapat dari persepsi dan sensasi yang kita rasakan,” terangnya.
Baca Juga: Jadi Nahkoda Perempuan Pertama, Captain Suarniati Berani Lawan Stigma
Stigma tentang keterbatasan yang dibuat oleh masyarakat di sekitar tentang penyandang disabilitas pada akhirnya membuat kita hidup di dalam sebuah kotak.
Akibatnya, kita merasa bahwa apa yang dikatakan orang lain tentang kita merupakan hal yang dapat dibenarkan.
“Jadi kita harus berpikir bahwa limit kita bukan hanya kotak kita, kehidupan kita sekarang, there is beyond that,” tegas Nicky.
“Walaupun kita punya keterbatasan, dengan kita paham diri kita, kebutuhan kita, aku percaya bahwa keterbatasan kita itu bisa diatasi karena itu hanya pikiran kita saja,” lanjutnya lagi.
Selain menerapkan pola pikir ini untuk dirinya sendiri, Nicky juga selalu mengajarkan pola pikir powerful ini kepada perempuan dan para penyandang disabilitas di sekitarnya.
“Aku selalu bilang untuk perempuan di Indonesia dan teman-teman disabilitas bahwa limitation is only a mindset. Apalagi, kita sebagai seorang perempuan di Indonesia itu kita punya stigma yang perempuan itu harus ini, enggak boleh ini, yang memang akhirnya membatasi diri kita untuk bergerak bebas, berkreasi, berdaya,” ujar Nicky.
Kendati demikian, Nicky percaya bahwa sebenarnya tak ada batasan untuk perempuan.
Oleh karenanya, Nicky selalu mendorong semua perempuan, terutama mereka yang merupakan penyandang disabilitas, untuk terus mendobrak batasan yang ada.
Tentunya, dengan menunjukkan bahwa mereka mampu mendapatkan apa yang mereka inginkan, apa yang mereka mimpikan.
“Tunjukkan bahwa perempuan bisa bekerja tanpa ada batasan apa pun. Apa pun value kita masing-masing, ingat bahwa kita bisa berkarya dan berkreasi, karena limitation is only a mindset,” tutup Nicky tegas. (*)
Baca Juga: Sosok Devi Sumarno, Pendiri Rumah RUTH untuk Korban Kehamilan Tak Diinginkan