Parapuan.co - Kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan menjadi salah bagian yang penting diperhatikan oleh kaum hawa.
Berbicara tentang reproduksi perempuan, Kawan Puan tentu sudah tidak asing dengan ovarium.
Ovarium atau indung telur adalah kelenjar kelamin yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur juga hormon.
Terletak di kanan dan kiri rahim, ovarium disanggah oleh ligamen pada bagian atas dan bagian sampingnya.
Berkaitan dengan ovarium, pernahkah Kawan Puan mendengar istilah masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan bernama torsi ovarium?
Baca Juga: Banyak yang Belum Paham, Dokter Obgyn Ungkap 5 Mitos Seputar PCOS
Melansir dari laman Medical News Today, torsi ovarium merupakan suatu kondisi ketika ligamen di sekitar ovarium terpelintir.
Kondisi ini dapat menyebabkan terpotongnya aliran darah ke ovarium dan tuba falopi, saluran yang menghubungkan ovarium dan rahim.
Akibatnya, masalah kesehatan organ kewanitaan bisa muncul hingga menyebabkan rasa sakit parah. Sejumlah gejala lain bisa muncul karena ovarium tidak menerima cukup darah.
Jika penyumbatan darah ini berlangsung terlalu lama, kematian jaringan dapat terjadi.
Torsi ovarium biasanya hanya mempengaruhi satu ovarium, dokter menyebut kondisi ini sebagai torsi adneksa.
Gejala
Masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan ini biasanya menimbulkan gejala yang biasanya muncul tiba-tiba dan tanpa peringatan.
Nyeri perut bagian bawah, mual, nyeri panggul yang parah, muntah, demam hingga pendarahan tidak normal dapat terjadi.
Dari gejala yang disebutkan di atas, proses diagnosa torsi ovarium tidak mudah.
Pasalnya, gejala torsi ovarium mirip dengan masalah kesehatan batu ginjal, radang usus buntu, infeksi saluran kemih, gastroenteritis, dan kondisi lainnya.
Penyebab
Pada dasarnya, perempuan usia berapa saja memiliki kemungkinan mengalami kondisi ini.
Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: Faktor Risiko Kista Ovarium
Tetapi masalah kesehatan organ kewanitaan satu ini paling mungkin dan sering dialami oleh perempuan berusia 20 hingga 40 tahun.
Sebagian di antaranya disebabkan oleh keberadaan kista atau jaringan lain di ovarium.
Kondisi tersebut menyebabkan posisi ovarium menjadi miring dan membuatnya tidak stabil.
Penyebab umum lainnya dari masalah kesehatan ini adalah ligamen ovarium, penghubung ovarium ke rahim lebih panjang dari biasanya.
Ligamen ovarium yang lebih panjang membuat risiko torsi ovarium terjadi lebih tinggi.
Perempuan yang tengah hamil juga memiliki risiko mengalami torsi ovarium seperti halnya mereka yang tidak hamil.
Pada trimester pertama, perempuan mungkin memiliki kista korpus luteum yang menyebabkan ovarium membentuk puntiran.
Baca Juga: Olahraga untuk Perempuan Pengidap Sindrom Polikistik Ovarium (PCOS)
Kadar hormon yang lebih tinggi selama kehamilan juga dapat mengendurkan jaringan dalam tubuh, termasuk ligamen yang menahan ovarium pada tempatnya.
Jika ligamen tidak kencang, mereka mungkin lebih rentan membentuk puntiran.
Demikian gejala dan penyebab terjadinya masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan berupa torsi ovarium.
(*)