Beberapa indikasi gejala tersebut mungkin mengganggu persiapan sekolah tatap muka yang lain.
Sebab, anak bisa jadi mengalami nyeri pada lengan bekas suntikan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, menggigil, mual atau muntah, rasa lelah, demam yang ditandai suhu diatas 37,8 derajat celsius, maupun gejala mirip flu dan menggigil selama 1 - 2 hari.
"Maka kami meminta masyarakat untuk tidak panik. Orang tua bisa melakukan upaya penanganan dini," jelas Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito.
Upaya penanganan setelah anak vaksin ialah memintanya untuk istirahat cukup dan minum obat penurun panas, jika diperlukan. Mengingatkan anak minum air putih yang cukup juga harus terus dilakukan.
Jika terdapat rasa nyeri di tempat bekas suntikan, usahakan tetap melakukan gerakan yang menggunakan lengan anak.
Baca Juga: Ada Asuransi Vaksin Covid-19 Gratis, Ini Perlindungan yang Ditawarkan
Prof. Wiku Adisasmito juga menyarankan untuk mengompres bagian nyeri tersebut dengan kain bersih yang dibasahi dengan air dingin.
Setelah itu, orang tua diminta untuk segera melaporkan temuan KIPI yang dialami anak ke puskesmas atau ke sentral vaksinasi agar input evaluasi pelaksanaan vaksinasi kedepannya serta penanganan lebih lanjut bisa dilakukan.
Vaksinasi Covid-19 pada Anak Beri Perlindungan Keluarga
Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sekaligus Ketua Pokja Imunisasi Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PERALMUNI), Cissy Kartasasmita memberikan pendapatnya terkait vaksinasi Covid-19 pada anak 6-11 tahun.
Menurutnya, vaksinasi anak sangat penting karena tidak hanya melindungi anak, melainkan juga lingkungan, teman, guru, dan keluarganya.
Hal ini dilakukan untuk mendorong persiapan pembelajaran tatap muka agar dapat berjalan dengan baik dan aman.
“Termasuk orang tua, nenek, kakek dan adik-adik balita yang belum bisa diimunisasi karena masih di bawah 5 tahun. Selain itu, vaksinasi anak akan melindungi kerabat yang belum dapat divaksinasi karena sakit berat atau punya komorbid,” ungkapnya