Parapuan.co - Ada begitu banyak masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yang perlu diwaspadai.
Salah satu masalah kesehatan reproduksi perempuan yang banyak dialami adalah polip rahim.
Melansir dari laman Cleveland Clinic, polip rahim adalah pertumbuhan yang menempi di lapisan dalam (endometrium) rahim.
Biasanya, ia melekat pada endometrium dengan tangkai tipis atau dasar yang lebar dan meluas ke dalam rahim.
Masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yang satu ini biasanya tidak bersifat kanker, tetapi dapat berdampak pada kondisi menstruasi dan kesuburan.
Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan : 5 Makanan yang Baik untuk Pengidap Kista Ovarium
Umumnya, polip berbentu bulat atau oval, dan ukurannya berkisar dari beberapa milimeter (ukuran biji wijen) hingga beberapa sentimeter (ukuran bola golf), atau lebih besar.
Siapa yang berisiko terkena polip rahim?
Masalah kesehatan organ kewanitaan ini lebih mungkin dialami oleh perempuan yang berusia antara 40 dan 50 tahun dibandingkan pada perempuan berusia lebih muda.
Polip rahim juga terjadi setelah menopause, dan jarang terjadi pada perempuan di bawah 20 tahun.
Namun, risiko polip rahim dapat meningkat jika perempuan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) atau menggunakan tamoxifen, obat yang digunakan untuk mengobati kanker payudara.
Penyebab polip rahim
Bicara mengenai masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yakni polip rahim, hingga kini belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Namun, perubahan kadar hormon kemungkinan menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Estrogen, hormon yang berperan dalam menyebabkan endometrium menebal setiap bulan, tampaknya juga memiliki peran dalam pertumbuhan polip rahim.
Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: 5 Cara Menjaga Kesuburan
Gejala polip rahim
Adanya polip rahim dapat menimbulkan sejumlah gejala sebagai berikut :
- Haid tidak teratur
- Aliran deras yang tidak biasa selama periode menstruasi
- Pendarahan atau bercak di antara periode
- Bercak vagina atau pendarahan setelah menopause
- Infertilitas
Gejala dari masalah kesehatan organ kewanitaan ini yang paling umum adalah periode menstruasi yang tidak teratur atau tidak dapat diprediksi.
Kebanyakan perempuan mengalami menstruasi yang berlangsung empat sampai tujuh hari dan rata-rata terjadi setiap 28 hari.
Sementara, pada setengah dari perempuan yang mengidap polip rahim mengalami menstruasi yang tidak teratur.
Selain itu, gejala lainnya termasuk perdarahan menstruasi yang berkepanjangan atau berlebihan (menoragia), perdarahan di antara periode, dan perdarahan setelah menopause atau hubungan seksual.
Diketahui, polip rahim menjadi penyebab perdarahan abnormal pada sekitar 25 persen perempuan yang mengalaminya.
Bisakah polip rahim dicegah?
Sayangnya, tidak ada cara untuk mencegah terjadinya polip rahim.
Untuk itu, penting bagi setiap perempuan untuk melakukan pemeriksaan ginekologi secara teratur.
Selain itu, mengurangi hal yang dapat meningkatkan risiko terkena polip rahim, seperti seperti obesitas, tekanan darah tinggi, atau mengonsumsi tamoxifen untuk mengobati kanker payudara.
Polip rahim terkadang dapat kambuh kembali setelah pengobatan, dan pengobatan tambahan mungkin diperlukan.
Nah, berikut ulasan mengenai masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yakni polip rahim. Semoga kita terhindar dari penyakit ini ya, Kawan Puan. (*)