Korban Kekerasan pada Perempuan Cenderung Self Blaming, Kenapa?

Ratu Monita - Selasa, 21 Desember 2021
Korban kekerasan pada perempuan menyalahkan diri sendiri.
Korban kekerasan pada perempuan menyalahkan diri sendiri. PeopleImages

Parapuan.co - Trauma menjadi dampak yang pasti dirasakan para korban kekerasan pada perempuan.

Perilaku buruk ini tentu saja meninggalkan luka yang mendalam bagi korban, entah itu kekerasan berbentuk fisik maupun psikis. 

Melansir dari laman Solara Mental Heath, 7 hingga 8% populasi yang menjadi korban kekerasan akan mengalami post traumatic stress syndrome (PTSD).

Meski begitu banyaknya dukungan, sayangnya masih ada sebagian orang yang justru menyalahkan korban kekerasan pada perempuan.

Belum lagi, korban juga kerap menyalahkan diri sendiri atau self blaming atas perilaku buruk yang ia terima.

Baca Juga: Sambil Menangis, Begini Rieke Diah Pitaloka Menyuarakan Hak Perempuan

Tindakan menyalahkan diri sendiri ini menjadi salah satu gejala utama seseorang mengalami PTSD.  

Dengan kondisi korban perilaku kasar pada perempuan ini menyalahkan dirinya sendiri, dapat berdampak buruk pada kondisi kesehatan mental korban.

Sayangnya, ada kecenderungan orang yang menderita trauma menengah hingga kompleks akan menyalahkan diri sendiri atas pelecehan.

Ini menjadi masalah karena mereka sering melakukannya ketika mereka secara objektif tidak bertanggung jawab untuk itu.

Tindakan menyalahkan diri sendiri ini bahkan menjadi hal yang banyak terjadi pada setiap korban kekerasan pada perempuan.

Salah satu hal yang menyebabkan korban melakukan self blaming adalah karena dalam beberapa kasus, pelaku pelecehan berasal dari orang terdekat.

Di mana, orang-orang tersebut seharusnya melindungi korban, sehingga ketika mereka melakukan sebaliknya, korban justru menyalahkan dirinya sendiri. 

Perilaku ini juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seringkali masyarakat mengajarkan korban pelecehan seksual bahwa trauma yang mereka alami dapat dihindari.

Dengan begitu, korban perilaku kasar pada perempuan pun cenderung menyalahkan diri sendiri atas trauma yang ia alami.

Nah, masih melansir dari laman yang sama, terdapat beberapa alasan mengapa korban kekerasan cenderung menyalahkan dirinya sendiri. 

Baca Juga: Ramai Dugaan Pelecehan Oleh CEO Startup, Ini Cara Mencegah Kekerasan pada Perempuan secara Seksual di Tempat Kerja

Pada dasarnya, tidak mudah untuk menemukan alasan sebenarnya korban menyalahkan diri sendiri.

Namun, terdapat beberapa alasan populer sering dikutip, berikut ulasannya.

1. Manipulasi atau Gaslighting dari Pelaku

Salah satu alasan korban menyalahkan diri sendiri adalah adanya perilaku gaslighting atau manipulasi yang dilakukan pelaku. 

Faktanya, alasan ini banyak ditemukan pada korban kekerasan di dalam rumah tangga. 

Pelaku yang merasa dirinya gagal untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka akan mengalihkan kesalahannya ke korban.

Atau, bahkan yang lebih parah lagi, pelaku akan meyakinkan korban bahwa pelecehan itu tidak terjadi.

Perilaku self blaming ini dapat meningkat ketika pelaku dinilai sebagai orang yang baik oleh orang terdekat.

Akibatnya, korban memiliki anggapan bahwa pihak yang bersalah atas tindakan tersebut adalah dirinya sendiri.

 

2. Victim blaming

Faktor lainnya yang membuat korban kekerasan pada perempuan menyalahkan dirinya sendiri adalah adanya victim blaming dari masyarakat.

Victim blaming merupakan suatu kondisi di mana ketika masyarakat cenderung menyalahkan korban atas perilaku kekerasan yang ia terima.

Faktanya, victim blaming masih banyak terjadi di lingkungan kita, alih-alih menyalahkan pelaku, sejumlah orang justru menyalahkan korbannya. 

Biasanya, ungkapan yang disampaikan dapat seperti,“Kenapa dia berpakaian seperti itu?”

Adanya ungkapan tersebut, tentu saja membuat korban akan sangat mudah untuk menyalahkan dirinya sendiri. 

Pada akhirnya, insting pertama yang korban lakukan adalah melihat dirinya sebagai individu yang buruk.

Baca Juga: Tanda Perilaku Kekerasan pada Perempuan Berbentuk Stalking yang Perlu Diwaspadai

3. Toxic Self-Criticism

Toxic Self-Criticism ini banyak dialami oleh korban yang memiliki trauma pada masa kanak-kanak.

Gejala ini terjadi ketika individu disalahkan secara tidak adil, atau dipegang dengan standar yang sangat tinggi.

Perilaku ini berdampak pada penilaian diri yang terkesan begitu buruk.

Bentuk penilaian diri yang begitu buruk ini dapat berupa "kamu jahat" atau "kamu tidak berharga".

Hasilnya, korban perilaku kasar pada perempuan akan menyalahkan diri sendiri dan memiliki harga diri yang sangat rendah.

4. Self care yang buruk

Setelah mengalami perilaku kekerasan, seringkali korban tidak melakukan self care apapun.

Hal ini karena mereka merasa tidak layak untuk malakukan self care apapun atau karena mereka dipaksa untuk peduli pada orang lain dan, akibatnya, tidak punya waktu untuk mengurus dirinya sendiri.

Jika dibiarkan, maka kurangnya self care ini dapat membuat korban akan cenderung melukai diri sendiri.

Pasalnya, korban memiliki anggapan bahwa ia pantas untuk dihukum, padahal sebenarnya tidak.

Baca Juga: 5 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Mendukung Korban Kekerasan pada Perempuan

5. Anxiety, bersalah, dan malu 

Emosi yang paling umum dirasakan oleh korban adalah anxiety, rasa bersalah, dan rasa malu.

Biasanya, emosi ini muncul saat orang tersebut sedang sendiri dan tidak mencari terapis profesional untuk mendampinginya.

Kondisi ini menyebabkan emosi kronis menjadi semakin buruk. 

Nah, berikut latar balakang mengapa korban kekerasan pada perempuan cenderung menyalahkan dirinya sendiri. (*)

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru