Parapuan.co - Belum lama ini berlangsung webinar bertajuk "Capital Market Women Empowerment Forum" yang digelar secara virtual melalui YouTube.
Di forum webinar tersebut, hadir perempuan-perempuan hebat seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani hingga Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Melalui acara virtual itu, baik Sri Mulyani maupun Retno Marsudi sama-sama menyinggung masalah gender gap atau kesenjangan gender.
Sri Mulyani bahkan sempat mengungkap bahwa untuk menutup gender gap secara global dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, yakni hampir 100 tahun.
Apa sebenarnya gender gap dan mengapa masalah kesenjangan menjadi tantangan global?
Yuk, ketahui apa itu gender gap dalam penjelasan di bawah ini!
Baca Juga: Bahas Kesetaraan, Sri Mulyani Sebut Butuh 100 Tahun Tutup Gender Gap
Pengertian Gender Gap
Gender gap kerap dimaknai sebagai adanya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai segi.
Misalnya, laki-laki menerima upah lebih banyak dibandingkan perempuan dalam satu posisi yang sama di perusahaan.
Atau, jumlah laki-laki yang cenderung memegang jabatan politik lebih banyak ketimbang perempuan.
Ada juga dalam hal pekerjaan seolah perempuan lebih dibatasi pada jenis-jenis profesi yang bergaji rendah.
Hal ini terjadi di seluruh dunia, bukan cuma di Indonesia. Bahkan masih terjadi meski sebagian orang di seluruh dunia menyuarakan hak untuk kesetaraan.
Mengutip Study.com, kesenjangan gender bisa dimaknai sebagai hasil yang tidak setara antara jenis kelamin dalam berbagai konteks ekonomi.
Menurut sebagian orang, ini menunjukkan bahwa ada akses yang tidak setara terhadap peluang yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin.
Ketimpangan dalam peluang yang dimaksud di sini di antaranya meliputi konteks sebagai berikut:
Baca Juga: Ini Hal yang Perusahaan Bisa Lakukan untuk Menutup Kesenjangan Gender di Tempat Kerja
1. Kesenjangan upah
Seperti sudah disinggung sebelumnya, kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan memang benar ada.
Selain gaji yang tidak setara, jenis pekerjaan yang dilakukan perempuan dan laki-laki juga ada ketimpangan.
Bahkan, disebutkan kalau perempuan hanya menghasilkan sekitar 80% dari apa yang dilakukan laki-laki ketika laki-laki menerima 100%.
2. Pendidikan
Kedua yaitu bidang pendidikan, di mana zaman dulu perempuan bahkan tidak diizinkan untuk bersekolah sama sekali.
Lalu seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, perempuan bisa mengenyam pendidikan walau tidak setinggi laki-laki.
Untungnya, kini dalam hal pendidikan perempuan tidak lagi terbelakang meski di sejumlah negara dan daerah masih ada ketimpangan.
3. Kekuatan politik
Ruang politik menunjukkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan semakin berkurang dalam beberapa hal.
Kendati demikian, partisipasi perempuan di dunia politik masih tidak sebanyak laki-laki.
Partisipasi perempuan bisa saja meningkat seiring berjalannya waktu. Seperti diungkap Sri Mulyani, mungkin masih butuh puluhan tahun lagi.
4. Perempuan dalam ekonomi global
Peluang berikutnya adalah terbatasnya akses yang dimiliki perempuan ke alat keuangan formal.
PBB mencatat, tahun 2018 lalu sebanyak 65% laki-laki memiliki rekening bank formal, sedangkan perempuan hanya sekitar 58% yang memilikinya.
Hal itu dipengaruhi banyak faktor, semisal di sejumlah negara di mana perempuan secara hukum dilarang bekerja sehingga mereka tidak membutuhkan rekening bank.
Demikianlah kurang lebih pengertian gender gap dan di sektor apa saja kesenjangan menjadi tantangan.
Semoga setelah ini kesenjangan gender semakin banyak berkurang, ya.
Baca Juga: Punya Peran Strategis, Kemenpppa Buat Program Kepemimpinan Perempuan Perdesaan
(*)