Untuk diketahui, marah dan mengutarakan keinginan membalas dendam bukanlah cara terbaik untuk menolong korban kekerasan pada perempuan.
"Karena ketika kita marah, kehilangan, benci, sebenarnya yang ingin dikejar adalah pemuasan kemarahan diri," jelas Retha seperti dilansir dari laman Unair melalui Kompas.com.
"Jadi ingin memuaskan kebutuhan diri untuk membalas dendam. Ini bukan yang terbaik untuk korban karena sebenarnya kita sedang melayani emosi pribadi," terang perempuan itu lebih lanjut.
Retha menekankan bahwa yang perlu dipahami adalah posisi korban kejahatan seksual sedang membutuhkan dukungan keluarga atau orang-orang terdekat.
Sehingga, alih-alih menghabiskan energi pada keinginan membalas dendam, lebih baik fokus memberikan dukungan bagi korban untuk melanjutkan hidupnya.
Misalnya dengan meminta bantuan hukum.
Baca Juga: Korban Kekerasan pada Perempuan Cenderung Self Blaming, Kenapa?
Retha menyarankan agar pihak keluarga atau orang terdekat mengakses bantuan hukum jika kejahatan seksual telah terjadi.
Namun, bukan berarti keluarga yang harus mencari keadilan sendiri. Tetapi, menggunakan jalur dan proses hukum, sambung Retha.
"Keluarga bisa membantu polisi agar bisa melakukan penyelidikan lebih cepat. Sehingga pelaku atau tersangka dapat segera dihentikan agar tidak melakukan pengulangan kejahatan," ujarnya.
Menurutnya, dukungan dan bantuan dari lingkungan terdekat adalah hal utama yang dibutuhkan oleh korban.
Perlu diperhatikan juga pada korban kejahatan terhadap perempuan dan anak-anak.