Di mana penderita depresi itu tetap bergaul, tapi apa yang ada di hatinya itu kosong dan sepi.
Perlu diperhatikan pula bahwa penderita depresi itu merasa sangat berat dengan hidup.
Oriza mengungkap, penderita depresi itu sudah lelah dengan hidup, tapi terkadang hal tersebut tidak disampaikan.
"Kadang kalau disampaikan 'Ah itu mah lebay, ah lu mah makanya lu doa dong, makanya lu ke gereja dong, lu sholat dong' seperti itu, makanya orang depresi suka enggak ngomong," paparnya.
Di sisi lain, ada poin penting yang menurut Oriza hendaknya dipahami banyak orang, bahwa kadang orang-orang yang ada di sekitar orang yang depresi itu juga menjadi penyumbang terjadinya depresi.
Pasalnya, orang depresi itu mudah tersinggung, mudah nangis nah akhirnya malah nambah-nambahin beban pengidapnya.
"Jadi tindakan bunuh diri itu tergantung pada lingkungannya, tidak empati, tidak peduli, atau malah mungkin peduli dengan cara yang salah," tuturnya.
Baca Juga: Cukup 20 Menit, Ini Cara Meningkatkan Daya Ingat untuk Ibu Multiperan
Oriza pun menganalogikan anggap saja Kawan Puan memiliki gelas yang sudah mau retak, kalau akan digunakan itu akan pecah.
"Jadi menghadapi orang yang mau bunuh diri itu seperti gelas yang udah retak, yang disentil dikit jadi pecah, jadi kita enggak tahu kapan pecahnya, bisa jadi enggak perlu kena air panas, dia udah retak, udah pecah bisa jadi," tambahnya.