Alasan mengapa multitasking atau switchtasking merupakan kebiasaan buruk adalah karena otak kita tidak dirancang untuk fokus pada lebih dari satu tugas aktif pada satu waktu.
Artinya, ketika kamu mencoba untuk multitasking, sebenarnya otak kamu berusaha untuk beralih antar tugas dengan cepat.
“Ini sangat tidak produktif, karena kamu harus menghabiskan waktu untuk beralih dari satu tugas ke tugas lainnya,” jelasnya lagi.
Setiap kali kita beralih dari satu tugas aktif ke tugas aktif lainnya, otak kita harus kembali menyesuaikan.
Sebagai contoh, ketika kamu menonton televisi ketika kamu sedang berusaha untuk menulis, atau membalas pesan WhatsApp saat makan malam.
Baca Juga: 3 Tips Menyesuaikan Diri Jika Tempat Kerja Baru Tak Sesuai Ekspektasi
“Faktanya, kita tidak bisa menyelesaikan dua pekerjaan dalam waktu bersamaan. Otak kita tidak bisa fokus pada dua hal berbeda dalam satu waktu,” ujar Tamara, senada dengan penjelasan Dave.
Tamara menjelaskan, ketika kita berpikir bahwa kita sedang melakukan multitasking, sebenarnya otak sedang bertukar fokusnya dengan cepat di antara dua pekerjaan berbeda tadi.
“Multitasking bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya eror serta bisa meningkatkan stres dan kecemasan. Hal inilah yang membuat multitasking menjadi tidak efektif,” pungkas Tamara.
Menurutnya, inilah yang pada akhirnya membuat jam kerja kita terus bertambah, tetapi banyak pekerjaan yang justru tidak terselesaikan.