"Sesuai teori difusi inovasi, kalangan yang tidak melek teknologi dan tidak ada resources, masih menggunakan konsep gemeinschaft dan gesselschaft," tutur Ida.
"Meskipun teknologi digital sudah maju, nantinya akan sulit untuk ikut serta dalam inovasi media ini," jelas sang profesor melalui laman resmi Unair.
Pihaknya juga menambahkan, bukan hanya kesiapan masyarakat yang menjadi faktor penting dalam penerimaan Metaverse.
Akan tetapi, kesiapan infrastruktur juga dinilai berperan penting agar Metaverse mudah diakses.
Baca Juga: Tertarik Berinvestasi di Metaverse? Ini 5 Hal yang Harus Diperhatikan
"Untuk bisa mengakses Metaverse butuh transfer data yang banyak, sehingga membutuhkan infrastruktur internet yang baik," tambah Ida.
Bagaimana tidak, ini disebabkan karena Metaverse memiliki berbagai fitur dan layanan digital.
Jika layanan internet di Indonesia masih seperti sekarang, tidak mudah mengakses Metaverse karena terkendala jaringan.
Kendati kesiapan masyarakat dan infrastruktur telah memadai, Ida menjelaskan akan ada dampak dari keberadaan Metaverse.
Metaverse dinilai bisa memicu konsumerisme pada pengguna mengingat fitur-fitur digital yang ada hingga asesorisnya dibuat berbayar.