Parapuan.co - Metaverse semakin membuat sebagian masyarakat di tanah air penasaran.
Apalagi setelah artis Syahrini sempat mencoba terjun ke dunia virtual tersebut dengan menjual NFT hijabnya.
Hal ini membuat publik bertanya-tanya, apakah benar kecanggihan teknologi seperti Metaverse akan diterima masyarakat nantinya?
Jika dunia bisnis dan investasi, bahkan industri sudah masuk ke Metaverse, betulkah tidak ada dampak darinya?
Baca Juga: Dilakukan Syahrini, Pahami Risiko Berinvestasi Virtual di Metaverse
Terkait hal ini, pakar kajian media dari Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, bernama Profesor Rachmah Ida menyampaikan pendapatnya.
Seperti mengutip Kompas, Rachmah Ida menjelaskan kalau inovasi dari media Metaverse memiliki penerimaan berbeda secara segmen.
Bagi kalangan muda urban sebagai the have dari teknologi, mereka akan menjadi pengadopsi inovasi awal atau early adopter.
Ini karena mereka mempunyai sumber daya ekonomi dan senang mencoba hal baru.
Sebaliknya, kalangan yang tidak melek teknologi bisa saja akan sulit terjun dalam inovasi Metaverse ini meskipun umumnya teknologi sudah maju.
"Sesuai teori difusi inovasi, kalangan yang tidak melek teknologi dan tidak ada resources, masih menggunakan konsep gemeinschaft dan gesselschaft," tutur Ida.
"Meskipun teknologi digital sudah maju, nantinya akan sulit untuk ikut serta dalam inovasi media ini," jelas sang profesor melalui laman resmi Unair.
Pihaknya juga menambahkan, bukan hanya kesiapan masyarakat yang menjadi faktor penting dalam penerimaan Metaverse.
Akan tetapi, kesiapan infrastruktur juga dinilai berperan penting agar Metaverse mudah diakses.
Baca Juga: Tertarik Berinvestasi di Metaverse? Ini 5 Hal yang Harus Diperhatikan
"Untuk bisa mengakses Metaverse butuh transfer data yang banyak, sehingga membutuhkan infrastruktur internet yang baik," tambah Ida.
Bagaimana tidak, ini disebabkan karena Metaverse memiliki berbagai fitur dan layanan digital.
Jika layanan internet di Indonesia masih seperti sekarang, tidak mudah mengakses Metaverse karena terkendala jaringan.
Kendati kesiapan masyarakat dan infrastruktur telah memadai, Ida menjelaskan akan ada dampak dari keberadaan Metaverse.
Metaverse dinilai bisa memicu konsumerisme pada pengguna mengingat fitur-fitur digital yang ada hingga asesorisnya dibuat berbayar.
Misalnya mulai dari avatar pengguna, sampai lahan dan bangunan virtual, serta investasi seperti NFT.
Walau semua membutuhkan dana digital juga, tetapi untuk mendapatkannya tetap perlu membayar menggunakan uang asli/nyata.
Lebih lanjut, Metaverse akan menjadi medium pelarian dari dunia nyata, entah sebagai ajang hiburan atau sekadar mencari pengalaman dari dunia baru berwujud virtual.
Baca Juga: Jadi Sorotan Investor, Begini 4 Cara Berinvestasi di Metaverse
Pengguna perlu lebih berhati-hati karena dunia virtual bukanlah realitas sebenarnya dari kehidupan.
Dikhawatirkan, terlalu lama berada dan berinteraksi dalam Metaverse akan menimbulkan gangguan mental.
Apalagi jika dunia virtual yang disaksikan jauh berbeda dan lebih "membahagiakan" dibandingkan dunia nyata.
Kurang lebih, itulah dampak dari Metaverse yang perlu Kawan Puan ketahui.
Jika kamu ingin terjun ke dalamnya, tetaplah membatasi diri bahwa masih ada dunia nyata yang perlu dijalani. (*)