Parapuan.co - Pergantian tahun tak hanya menarik bagi muda-mudi yang barangkali sudah menyiapkan resolusi baru untuk 2022.
Momen pergantian tahun juga bisa dimanfaatkan para investor untuk mulai berbenah portofolio investasinya.
Hal ini penting mengingat di tahun baru tentu ada peluang investasi lain yang bisa jadi lebih menguntungkan dari sebelumnya.
Atau, mungkin juga ada instrumen investasi yang sebelumnya dianggap biasa tetapi jadi lebih menjanjikan pada tahun 2022.
Namun, yang pasti data ekonomi global menunjukkan bahwa dunia secara perlahan mulai menuju kondisi yang normal setelah dua tahun pandemi Covid-19.
Baca Juga: Agar Makin Cuan, Ini 3 Strategi Investasi Jelang Pergantian Tahun
Seperti dikutip dari Kontan.co.id, disebutkan bahwa akan ada tantangan baru sebagai akibat dari pembukaan ekonomi tersebut.
Bahwasanya, terbukanya kegiatan perekonomian hampir secara bersamaan di negara maju menyebabkan adanya ketidakseimbangan setelah sempat stagnan.
Hal itu disampaikan oleh Direktur dan Head of Fixed Income PT BNP Paribas Asset Managament, Djumala Sutedja.
Pihaknya menjelaskan kalau persiapan pembukaan ekonomi yang terjadi sekarang mendorong permintaan yang sangat besar.
Hanya saja, suplainya relatif lambat dalam menyesuaikan dengan keadaan dan situasi ekonomi yang mulai stabil.
Ia juga menyebut, di saat bersamaan tingkat likuiditas global masih tinggi, sehingga berdampak pada kenaikan harga-harga komoditas.
"Pada akhirnya, semua itu berujung pada inflasi yang tinggi," kata Djumala dalam sebuah keterangan resmi belum lama ini.
Lebih lanjut, pihaknya juga menyebut kebijakan tapering oleh Federal Reserve, yang tengah menjadi fokus perhatian pasar.
Baca Juga: Ini Platform Analisa Saham yang Bisa Bantu Pantau dan Prediksi IHSG
Tapering sendiri adalah kebijakan bank sentral dengan cara mengurangi pembelian aset seperti obligasi atau surat utang.
Dewasa ini, kebijakan itu diperkirakan tidak akan membawa dampak yang terlalu signifikan pada pasar domestik.
Akan tetapi jika melihat kondisi fundamental pertumbuhan Indonesia yang cukup kuat, Djumala optimistis.
Dirinya yakin Indonesia berada dalam posisi yang siap menghadapi tapering yang akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2022 nanti.
Ia juga melihat sentimen tapering terhadap arus kepemilikan asing di Indonesia cenderung lebih naik.
Di samping itu, pihak BNP Paribas juga menilai kondisi pasar sekarang ini cukup mendukung kinerja pasar obligasi Indonesia ke depannya.
"Obligasi berdenominasi rupiah dalam hal ini less sensitive terhadap gejolak di luar negeri, karena lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor domestik yang sangat favourable," terang Djumala.
Seiring dengan outlook pasar obligasi, BNP Paribas AM juga menilai kelas aset saham juga memiliki potensi yang positif.
Kondisi faktor fundamental tersebut dinilai mampu mendukung prospek pasar saham ke arah positif.
Dari keterangan di atas, bisa disimpulkan bahwa peluang investasi obligasi dan saham terbuka lebar di tahun 2022.
Peluang tak hanya terbuka bagi investor dalam negeri, tetapi juga investor asing untuk kembali berinvestasi di Indonesia.
Nah, apakah Kawan Puan tertarik untuk memanfaat peluang investasi obligasi dan saham di tahun 2022 nanti? (*)