"Dijauhin pas latihan, gak dikasih operan bola. Gak diajak omong, dipandang sebelah mata oleh rekan tim laki-laki. Malah karena itu, saya bertekad, lebih baik dari mereka," cerita pemain perempuan dari Persija ini.
Perempuan berusia 19 tahun ini juga ingin mematahkan anggapan masyarakat bahwa hanya laki-laki saja yang boleh menjadi pesepak bola.
"Memang kalian pikir hanya cowok saja yang bisa berprestasi, dengan banyak hal yang aku raih saat ini aku sudah membuktikan sama mereka kalau aku juga bisa dan stigma mereka salah," tegasnya.
Zahra sudah mencintai dunia sepak bola sejak usia 7 tahun.
Kecintaannya terhadap sepak bola yang identik dengan laki-laki, ternyata mendapat dukungan dari kedua orang tuanya.
Baca juga: Tessa Wijaya, Co-Founder Xendit yang Kini Masuk Forbes Asia Power Business Women 2021
Ia juga bercerita soal karakter sang mama yang mendidiknya hingga menjadi seperti saat ini.
"Terutama mama. Karena, mama itu dulunya kan karate. Sifat keras, pekerja kerasnya nurun ke aku. Jadi pernah ankle aku bengkak gede banget. Mama bilang, jangan cengeng. Kalo cengeng gausah main bola," kata Zahra.
Saat merasa sempat down, ayahnya pernah meminta istirahat saja dulu.
Namun ibunya, mengatakan Zahra boleh istirahat, tapi tidak boleh cengeng.