Parapuan.co- Zahra Muzdalifah merupakan salah satu anggota Timnas Wanita Indonesia yang didapuk sebagai Pemain Terbaik versi AFC (Asian Football Confederation).
Ia memiliki cita-cita ingin mengembangkan karier di dunia sepak bola seperti idolanya, yakni Marta Vieira da Silva.
Marta sendiri merupakan pesepak bola perempuan dari Rosengard FC dari Liga Swedia.
Namun untuk menggapai mimpinya itu, Zahra mengaku harus menghadapi stigma buruk soal perempuan yang bermain sepak bola.
Baca juga: Profil Rieke Diah Pitaloka, Dari Selebriti Banting Setir Jadi Politisi
Menurut Zahra, masih banyak orang yang menganggap aneh kalau ada perempuan yang menjadi pemain sepak bola.
"Orang-orang di Indonesia masih close minded, sementara di luar negeri sudah berjalan, sudah jelas, orang-orang di sini, liat cewek main bola kayak aneh, seperti liat orang gila, padahal normal, Zahra ingin mengubah persepsi itu," ujar Zahra saat mengisi acara live talkshow inspiratif yang diadakan Kemendikbud di TikTok.
Perempuan kelahiran Jakarta pada 4 April 2001 ini juga menceritakan tujuannya untuk meraih karier di dunia sepak bola.
"Saya ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa lho main sepak bola. Terus saya langsung rutin latihan di rumah hampir setiap hari setelah pulang sekolah. Pokoknya latihan sekeras mungkin sampai di mana saya bisa membuktikan bahwa sepak bola itu genderless, dan enggak dilihat dari kelamin saja melainkan dari skill dan juga otak," kata Zahra.
Tak hanya dari masyarakat, Zahra mengaku mendapatkan stigma tak menyenangkan saat latihan.
"Dijauhin pas latihan, gak dikasih operan bola. Gak diajak omong, dipandang sebelah mata oleh rekan tim laki-laki. Malah karena itu, saya bertekad, lebih baik dari mereka," cerita pemain perempuan dari Persija ini.
Perempuan berusia 19 tahun ini juga ingin mematahkan anggapan masyarakat bahwa hanya laki-laki saja yang boleh menjadi pesepak bola.
"Memang kalian pikir hanya cowok saja yang bisa berprestasi, dengan banyak hal yang aku raih saat ini aku sudah membuktikan sama mereka kalau aku juga bisa dan stigma mereka salah," tegasnya.
Zahra sudah mencintai dunia sepak bola sejak usia 7 tahun.
Kecintaannya terhadap sepak bola yang identik dengan laki-laki, ternyata mendapat dukungan dari kedua orang tuanya.
Baca juga: Tessa Wijaya, Co-Founder Xendit yang Kini Masuk Forbes Asia Power Business Women 2021
Ia juga bercerita soal karakter sang mama yang mendidiknya hingga menjadi seperti saat ini.
"Terutama mama. Karena, mama itu dulunya kan karate. Sifat keras, pekerja kerasnya nurun ke aku. Jadi pernah ankle aku bengkak gede banget. Mama bilang, jangan cengeng. Kalo cengeng gausah main bola," kata Zahra.
Saat merasa sempat down, ayahnya pernah meminta istirahat saja dulu.
Namun ibunya, mengatakan Zahra boleh istirahat, tapi tidak boleh cengeng.
"Wanita harus kuat. Mama ku bilang, semua wanita harus kuat, sakit dikit ga boleh cengeng," ujar Zahra.
Tak hanya itu, Zahra juga menyampaikan harapannya soal dunia sepak bola perempuan di Indonesia.
Ia melihat bahwa sebenarnya banyak perempuan di Indonesia yang memiliki potensi untuk menjadi pemain sepak bola namun belum ada wadahnya.
"Saya melihat banget potensi anak-anak Indonesia itu banyak banget, tapi bingung improve skill mereka seperti apa karena wadah untuk wanita ga selamanya ada," ujar Zahra.
Karena kurangnya wadah untuk menyalurkan bakat, Zahra bermimpi ingin bergabung dengan klub sepak bola Eropa.
"Tentu saja, tujuan realistis saya adalah menemukan klub Eropa yang menerima kemampuan saya. Saya harap bisa membuka pintu bagi para pemain wanita kami," ujar fans dari pesepak bola Neymar dan Alex Morgan ini. (*)
Baca juga: Kerap Alami Stigma Karena Disabilitas, Nicky Clara: Keterbatasan Hanyalah Mindset