Parapuan.co - Perayaan tahun baru sering kali dimeriahkan dengan kembang api yang meledak di udara dengan keras.
Melihat kembang api sangat menyenangkan bagi banyak orang, tetapi sangat mengerikan bagi penderita fonofobia.
Apa itu fonofobia? Fonofobia adalah fobia spesifik atau ketakutan luar biasa terhadap suara keras, menggelegar, dan tidak terduga.
Gangguan kecemasan ini disebut juga sonofobia atau ligyrophobia, yang memicu stres dan cemas saat mendengar suara keras.
Penderita fonofobia dapat mengalami kesusahan yang mendalam terkait suara keras dan tidak terduga, misalnya kembang api, alarm mobil, dan sirene.
Baca Juga: Beda Kecemasan dan Depresi, Gangguan Kesehatan Mental yang Umum Terjadi
Lantas, apakah ada kondisi lain yang membuat suara tidak nyaman didengar?
Seperti yang dikutip dari Healthline, ada kondisi di luar fonofobia yang membuat suara tidak nyaman didengarkan, antara lain:
1. Hiperakusis
Hiperakusis bukan fobia, melainkan gangguan pendengaran yang menyebabkan suara terasa lebih keras daripada yang sebenarnya.
Hiperakusis memiliki sejumlah penyebab, termasuk cedera otak, penyakit Lyme, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
2. Misofonia
Kondisi ini bersifat emosional, tetapi bukan fobia. Orang dengan misofonia memiliki reaksi emosional yang intens, seperti kebencian atau panik terhadap suara tertentu.
Bahkan, keran menetes atau orang mendengkur sangat mengganggu. Jadi, suara tidak harus keras untuk menghasilkan efek ini.
Penyebab
Penyebab pasti belum dipahami, tetapi fonofobia merupakan kondisi kesehatan mental yang dapat diderita pada usia berapapun.
Namun, ada salah satu kondisi mungkin mendasari fonofobia yaitu faktor genetik atau riwayat keluarga.
Orang dengan riwayat keluarga yang termasuk gangguan kecemasan mungkin lebih rentan terhadap fonofobia.
Selain itu, fonofobia juga dapat disebabkan oleh faktor eksternal, seperti riwayat trauma masa kanak-kanak atau pengalaman traumatis.
Berangkat dari pengalaman tersebut, seseorang akan meningkatkan kecemasan akan suara yang mengejutkan.
Gejala
Gejala fonofobia berpotensi menyulitkan seseorang untuk menikmati aktivitas sehari-hari karena terus mengantisipasi. Gejalanya seperti:
- Kecemasan
- Takut
- Berkeringat
- Sesak napas
- Jantung berdebar
- Nyeri dada
- Pusing
- Mual
- Pingsan
Untuk diketahui, fonofobia dapat diobati dengan perawatan terapeutik untuk mengurangi reaksinya, seperti terapi eksposur dan terapi perilaku kognitif.
Sehingga, kecemasan bisa dikurangi dengan melakukan pengobatan secara rutin dan keinginan tinggi untuk sembuh.
Kawan Puan, itulah penjelasan terkait fonobia atau ketakutan akan suara keras. Jika Kawan Puan memiliki fobia ini dan mulai menganggu, ada baiknya segera mencari bantuan tenaga profesional ya.
Baca Juga: Psikoterapis Bagikan 5 Cara Efektif Mengatasi Rasa Takut Berlebihan