Kalau begitu, berarti buku dan kursus buruk untuk kepemimpinan? Tidak. Jadikan buku dan kursus sebagai panduan untuk memetakan langkahmu dalam petualangan acak kepemimpinan agar menjadi perjalanan yang terencana.
Buku dan kursus akan membantumu memahami omong kosong yang dijumpai sepanjang perjalanan kesuksesan kepemimpinan. Jadi, jangan hanya berhenti di kursus dan buku kepemimpinan, terjunlah langsung hadapai berbagai masalah kepemimpinan.
4. Pemimpinlah yang mengontrol segalanya
Hanya karena kamu memimpin, bukan berarti harus mengontrol segalanya. Pemimpin tidak bisa berada di mana pun, pada situasi apa pun, dan tahu semua.
Para pemimpin yang berpikir punya kekuatan seperti itu malah harus dihindari. Pemimpin memang harus mengontrol, tapi tidak dalam semua hal. Jangan keliru menyamakan kesibukan dengan produktivitas.
Pemimpin harus bisa membedakan apa yang ia harus kontrol sendiri, dan apa yang bisa didelegasikan kepada anggota lain.
Micro-managing memberikan kesan memimpin, tetapi itu hal yang semu dan menjebak. Kawan Puan dan tim tidak akan berkembang ke mana-mana.
Jo Owen pada buku terbarunya, On Leadership: Tidak Harus Menjadi Bos untuk Memimpin, membuka banyak jendela baru mengenai isu kepemimpinan dan mendobrak segala miskonsepsi yang mengakar kuat di masyarakat.
Baca Juga: Hambat Karier, Ini Pendekatan untuk Mengidentifikasi Leadership Blind Spot
Buku ini dapat menjadi peta yang membantu Kawan Puan untuk menyusun perjalanan dan mempercepat jalan menuju kesuksesan dengan menghindari banyak perangkap yang ada.
Dengan lebih dari 50 topik pembahasan, buku ini dapat dibaca sesuka hati, kamu bisa membuka sembarang bab; baca semuanya sekaligus atau satu bab dalam perjalanan menuju tempat kerja.
Kawan Puan bisa mengintip informasi lebih lengkapnya melalui Gramedia.com atau langsung ke toko buku kesayanganmu.
Yuk belajar dari pemimpin yang bisa membawa seluruh tim berkembang dengan menghindari mitos-mitos tersebut! (*)