Parapuan.co - Jelang persiapan sekolah tatap muka yang digelar di tengah adanya varian baru Covid-19 mengharuskan orang tua untuk lebih waspada.
Meskipun sejumlah penelitian menunjukkan bahwa gejala varian Omicron cenderung lebih rendah, bukan berarti dapat disepelekan.
Terlebih, varian baru Corona tersebut ternyata bukan hanya menyerang orang dewasa, melainkan juga anak-anak.
Tentu saja dalam persiapan sekolah tatap muka ini orang cenderung lebih khawatir.
Melansir dari laman ABC News, berikut pengaruh omicron pada anak.
Penularan varian Omicron pada anak-anak
Bicara omicron pada anak dalam persiapan sekolah tatap muka ini, hingga kini para ilmuwan masih mempelajari tentang bagaimana varian Omicron memengaruhi anak-anak.
Spesialis penyakit menular pediatrik, Asha Bowen, memberikan penjelasannya mengenai omicron pada anak.
Menurutnya, sebagian besar infeksi Covid-19 pada anak-anak menunjukkan gejala ringan.
Baca Juga: Jelang Persiapan Sekolah Tatap Muka, Ini 3 Alasan Umum si Kecil Kesulitan Membaca
"Secara keseluruhan, sebagian besar anak-anak menunjukkan gejala atau mengalami gejala yang sangat ringan, yang mungkin termasuk pilek, demam, atau merasa tidak enak badan selama beberapa hari," kata Bowen dari Telethon Kids Institute.
Tak hanya itu, dalam persiapan sekolah tatap muka ini, ia juga menyampaikan bahwa anak akan pulih dalam waktu yang relatif cepat dan mayoritas dari mereka tidak memerlukan penanganan medis rumah sakit.
Baru-baru ini, data awal yang dirilis oleh para peneliti Jaringan Rumah Sakit Anak Sydney menemukan, selama wabah varian Delta tahun lalu di New South Wales (NSW), satu dari lima anak di bawah usia 16 tahun yang terinfeksi tidak memiliki gejala sama sekali.
Dari sekitar 17.400 anak yang terinfeksi Covid-19 antara bulan Juni dan Oktober 2021 di NSW, 1,26 persen dirawat di rumah sakit karena alasan medis.
Jika dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen anak dengan Covid-19 tidak membutuhkan dukungan oksigen.
"Kami tahu bahwa ketika anak-anak dirawat di rumah sakit, rata-rata lama rawat inap adalah sekitar dua hari," kata Dr. Bowen.
"Mereka tidak tinggal untuk jangka waktu yang lama, dan mereka tidak membutuhkan intervensi tingkat tinggi".
Jelang persiapan pembelajaran tatap muka, data lain yang diterbitkan ilmuwan Amerika Serikat (AS) pada Januari 2022 menunjukkan, sejak kedatangan varian Omicron, risiko rawat inap pada anak-anak di bawah usia 5 tahun telah turun menjadi sepertiga dari risiko selama puncak Delta.
Baca Juga: Jelang Persiapan Sekolah Tatap Muka, Simak 3 Upaya Penanaman PHBS di Sekolah
Dokter anak, Margie Danchin dari Royal Children's Hospital di Melbourne menyampaikan, para peneliti pun mengamati adanya penurunan serupa dalam risiko gejala parah pada anak-anak berusia 5-11 dan remaja 12-17 tahun.
"Apa yang mereka tunjukkan di semua kelompok umur adalah bahwa anak-anak sekitar 50 hingga 60 persen lebih kecil kemungkinannya dirawat di rumah sakit akibat varian Omicron dibandingkan varian Delta," ujar Danchin, yang juga peneliti vaksin di Murdoch Children's Research.
Manfaat vaksinasi
Meskipun COVID-19 pada sebagian besar anak-anak terlihat ringan, tetapi vaksinasi mereka tetap memiliki dua manfaat, yakni membantu melindungi kelompok rentan lainnya, dan mengurangi risiko penyakit parah pada anak-anak itu sendiri.
Terlebih bagi anak-anak yang memiliki kondisi medis tertentu, menurut Profesor Booy.
Bukti saat ini menunjukkan anak-anak dengan kondisi genetik, neurologis atau metabolisme yang kompleks, serta mereka yang memiliki penyakit jantung atau paru-paru, atau mereka yang obesitas, diabetes, dan asma memiliki risiko Covid-19 lebih tinggi.
Profesor Booy juga mengatakan, bagi kebanyakan anak-anak, kemungkinan satu dosis vaksin sudah cukup dalam memberikan perlindungan yang sangat tinggi.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan vaksinasi dapat membantu melindungi anak-anak dari gejala parah terkait COVID-19 yang menyebabkan peradangan pada banyak organ.
Sindrom peradangan multi-sistem ini menimbulkan gejala seperti demam terus-menerus, sakit perut, dan ruam.
Baca Juga: Ahli Inggris Sebut Deltacron Bukan Varian Baru Covid-19 Melainkan Kesalahan Lab
"Sekitar satu dari 3.000 anak mengalami sindrom inflamasi multi-sistem, yang muncul dalam dua hingga tiga minggu setelah COVID," kata Profesor Booy.
"[Penelitian] menunjukkan bahwa jika divaksinasi, ada 90 persen perlindungan terhadapnya."
Jadi, pemberian vaksinasi Covid-19 anak tetap menjadi solusi terbaik dalam memberikan perlindungan jelang persiapan sekolah tatap muka. (*)