Tak Pusingkan Usia Menikah, Luna Maya Lakukan Egg Freezing, Apa Itu?

Maharani Kusuma Daruwati - Rabu, 19 Januari 2022
Luna Maya melakukan egg freezing
Luna Maya melakukan egg freezing Instagram/Lunamaya

Parapuan.co - Sosok Luna Maya kembali menjadi sorotan publik.

Pasalnya belum lama ini Luna memberikan pernyataan yang cukup mencuri perhatian publik.

Luna Maya diketahui kini masih belum menikah saat usianya sudah menjelang 40 tahun.

Meski begitu, Luna mengaku tak lagi ambil pusing soal usia menikah karena telah melakukan egg freezing.

"Aku tuh enggak pernah berpikir umur satu masalah atau kayak dikejar umur," cerita Luna Maya, dikutip dari kanal YouTube Venna Melinda Channel.

"Sebagai perempuan ada biological ticking secara kalau ingin menjadi seorang ibu. Tapi aku udah freeze egg," lanjut perempuan 38 tahun itu.

Lalu apa itu egg freezing seperti yang dilakukan Luna Maya?

Mengutip dari Mayo Clinic, egg freezing atau yang juga dikenal sebagai kriopreservasi oosit matang, adalah metode yang digunakan untuk menyelamatkan kemampuan perempuan untuk hamil di masa depan.

Telur yang diambil dari ovarium dibekukan tanpa dibuahi dan disimpan untuk digunakan nanti.

Baca Juga: Lakukan Egg Freezing, Luna Maya Akui Tak Mau Pusing Soal Usia Menikah

Telur beku dapat dicairkan, dikombinasikan dengan sperma di laboratorium dan ditanamkan di rahim pemiliknya (fertilisasi in vitro).

Mengapa melakukan egg freezing?

Pembekuan telur mungkin bisa menjadi pilihan jika Kawan Puan belum siap untuk hamil sekarang tetapi ingin mencoba memastikan kamu bisa hamil nanti.

Berbeda dengan pembekuan telur yang dibuahi (kriopreservasi embrio), egg freezing tidak memerlukan sperma karena telur tidak dibuahi sebelum dibekukan. 

Sama seperti pembekuan embrio, kamu harus menggunakan obat kesuburan untuk membuatmu berovulasi sehingga kamu akan menghasilkan banyak telur untuk diambil.

Kawan Puan mungkin mempertimbangkan pembekuan telur jika:

  • Memiliki kondisi atau keadaan yang dapat memengaruhi kesuburan. Ini mungkin termasuk anemia sel sabit, penyakit autoimun seperti lupus, dan keragaman gender, seperti menjadi transgender.
  • Memerlukan pengobatan untuk kanker atau penyakit lain yang dapat memengaruhi kemampuan untuk hamil. Perawatan medis tertentu, seperti radiasi atau kemoterapi yang dapat membahayakan kesuburan. Egg freezing sebelum perawatan dapat memungkinkanmu untuk memiliki anak biologis nanti.
  • Menjalani fertilisasi in vitro. Saat menjalani fertilisasi in vitro, beberapa orang lebih memilih pembekuan telur daripada pembekuan embrio karena alasan agama atau etika.
  • Ingin mengawetkan telur yang lebih muda sekarang untuk digunakan di masa mendatang. Membekukan telur di usia yang lebih muda dapat membantu kamu hamil saat sudah siap.

Kamu dapat menggunakan telur beku untuk mencoba mengandung anak dengan sperma dari pasangan atau donor sperma.

Baca Juga: Selain Bayi Tabung, Inseminasi Bisa Jadi Salah Satu Solusi Mendapatkan Momongan

Risiko

Meski dapat menjadi salah satu cara, namun egg freezing juga membawa berbagai risiko, termasuk:

1. Kondisi yang berhubungan dengan penggunaan obat kesuburan

Terkadang, penggunaan obat kesuburan suntik, seperti hormon perangsang folikel sintetis atau hormon luteinizing untuk menginduksi ovulasi, dapat menyebabkan ovarium menjadi bengkak dan nyeri segera setelah ovulasi atau pengambilan sel telur (ovarium hyperstimulation syndrome). 

Tanda dan gejala termasuk sakit perut, kembung, mual, muntah dan diare.

Bahkan yang lebih jarang adalah kemungkinan mengembangkan bentuk sindrom yang lebih parah yang dapat mengancam jiwa.

2. Komplikasi prosedur pengambilan telur

Penggunaan jarum aspirasi untuk mengambil telur menyebabkan perdarahan, infeksi atau kerusakan pada usus, kandung kemih atau pembuluh darah.

3. Risiko emosional

Baca Juga: Makin Diminati Masyarakat, Layanan Program Bayi Tabung Dioptimalkan

Egg freezing dapat memberikan harapan untuk kehamilan di masa depan, tetapi tidak ada jaminan keberhasilan.

Jika kamu menggunakan telur beku untuk memiliki anak, risiko keguguran terutama akan didasarkan pada usia saat telur dibekukan. 

Perempuan yang lebih tua memiliki tingkat keguguran yang lebih tinggi, terutama karena memiliki sel telur yang lebih tua.

Penelitian hingga saat ini belum menunjukkan peningkatan risiko cacat lahir pada bayi yang lahir akibat pembekuan sel telur. 

Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan tentang keamanan pembekuan telur.

(*)

Sumber: Mayo Clinic
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru