Parapuan.co - Non-fungible token (NFT) belakangan ini tengah menjadi sorotan, terlebih setelah Ghozali Everyday berhasil meraup cuan hingga miliaran rupiah dengan menjual foto selfie.
Sebelum Ghozali Everyday, sebenarnya sudah banyak pula yang berhasil meraup keuntungan hingga miliaran melalui NFT.
Misalnya saja seorang anak berusia 12 tahun asal London, Inggris bernama Benyamin Ahmed yang membuat karya seni digital berupa emoji ikan paus bergaya piksel, yakni Weird Whales.
NFT tersebut berhasil terjual sebesar 290.000 poundsterling atau setara dengan Rp5,7 miliar.
Adapun bos Twitter, Jack Dorsey, yang melelang cuitan pertamanya di Twitter dalam bentuk NFT yang laku sebesar 2,5 juta dolar AS atau sekitar Rp36 miliar.
Dapat dikatakan, non-fungible token (NFT) merupakan sebuah sertifikat hak cipta yang menjamin keaslian sebuah karya.
Kawan Puan, ternyata terdapat beberapa alasan yang menyebabkan NFT dapat terjual mahal atau bernilai tinggi.
Melansir Alan Turing Institute melalui Kompas.com, alasan utama yang menyebabkan NFT mahal adalah karena tidak adanya penguasaan dan dominasi dalam skema perdagangan NFT.
Artinya, tidak ada aktor dominan yang bisa mengendalikan harga di NFT.
Baca Juga: Agar Cuan Seperti Ghozali Everyday, Ikuti 5 Tips Menjual NFT Ini
Menurut peneliti di Alan Turing Institute, terdapat heterogenitas yang sangat besar dalam perdagangan NFT, sehingga banyak karya seni digital yang tersedia, namun tidak ada yang menguasai penentuan nilai atau harganya.
Berbeda dengan harga aset lainnya, nilai atau harga NFT dapat ditentukan sendiri berdasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli, tanpa dipengaruhi oleh pihak ketiga.
Skema perdagangan NFT ini pun sebenarnya kerap ditemukan pada skema perdagangan karya seni, di mana nilai dari satu lukisan dihasilkan dari hubungan kompleks antara penjual dan pembeli.
Beriringan dengan alasan utama yang tadi disebutkan, selera dan tren juga menjadi dasar untuk menentukan harga NFT yang bersifat dinamis dan tidak pasti.
Dengan kata lain, harga NFT bisa melambung karena siapa pun yang menjual aset ini bisa menentukan sendiri dan bebas menentukan penawaran.
Walaupun demikian, Alan Turing Institute menemukan tiga faktor terbesar yang memengaruhi penjual dan pembeli dalam menentukan harga NFT.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Alan Turing Institute setelah mempelajari data dari 4,7 juta NFT yang telah diperdagangkan oleh lebih dari 500.000 pembeli dan penjual, berikut ini tiga faktor tersebut.
1. Harga jual
Faktor harga jual NFT sebelumnya menjadi 50 persen penentu keberagaman harga NFT yang ada.
Baca Juga: Ingin Cuan seperti Ghozali Everyday? Ini 3 Syarat NFT Laku di Pasar Digital
Sebagai contoh, NFT berupa gambar beruang dari PhantaBear, salah satu penjual NFT terkenal, kini dijual dengan harga 3.99 ETH.
Nah, harga tersebut kemudian menjadi indikator penentu harga untuk model NFT serupa di kemudian hari.
2. Kualitas
Selain harga jual NFT sebelumya, kualitas dari aset NFT itu sendiri juga memiliki pengaruh.
Sebanyak 20 persen pengaruh harga NFT yang tinggi dipengaruhi oleh kualitas visual dari NFT tersebut.
3. Popularitas
Popularitas penjual NFT ternyata juga memengaruhi harga NFT yang dijualnya, yakni sebanyak 10 persen.
NFT biasanya diperdagangkan melalui skema lelang yang dapat ditemui pada sejumlah situs online, misalnya saja yang sedang populer adalah OpenSea.
Baca Juga: Ini Cara Ghozali Tukar NFT ke Rupiah Usai Foto Selfie-nya Laku Milyaran
Itulah beberapa alasan dan faktor yang ternyata menyebabkan NFT bernilai tinggi atau mahal.
Apakah Kawan Puan juga tertarik memiliki atau menjual aset digital yang sedang digandrungi ini? (*)