Parapuan.co - Selama masa kehamilan, perempuan tidak hanya mengalami perubahan fisik dan emosional saja.
Perempuan juga memiliki dorongan besar untuk mengubah gaya hidupnya ketika memasuki masa kehamilan karena mempertimbangkan kondisi bayi yang sedang dikandung.
Supaya janin yang ada di perut itu nantinya lahir dengan utuh dan sehat, maka sang ibu pun harus melakukan perubahan gaya hidup selama masa kehamilannya.
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan janin yakni dengan melakukan perbaikan nutrisi.
Tapi melakukan perubahan gaya hidup hanya saat masa kehamilan ternyata kurang tepat lho, Kawan Puan.
Berdasarkan siaran pers yang PARAPUAN terima dari Bukalapak, gaya hidup yang sehat juga harus dijalankan sebelum hamil.
Hal ini pun ditegaskan oleh dr. Dhika Prabu Armadhanu, SpOG (K)., M.Kes, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RSU Kabupaten Tangerang.
Agar tidak ada gangguan selama kehamilan, calon ibu harusnya sudah memastikan asupan nutrisinya tercukupi sejak sebelum hamil.
Sayangnya, masih banyak ibu yang tidak menyadari dirinya sedang kekurangan nutrisi penting yang sebenarnya dibutuhkan untuk perkembangan bayi di dalam kandungan, alhasil terjadilah stunting.
Baca Juga: Fakta Seputar Husband Stitch, Jahitan Tambahan Pascapersalinan yang Harus Diketahui Perempuan
dr. Prabu menegaskan kalau kehamilan bagus itu juga tergantung terhadap plasentanya.
"Kalau plasenta ibu hamil bagus, pastinya kehamilan pun bagus. Supaya plasenta dalam kondisi baik ketika kehamilan, perlu perencanaan kehamilan sebelum pernikahan," jelasnya.
dr. Prabu menambahkan bahwa tiga bulan sebelum pernikahan, pasangan harus mulai merencanakan kehamilan.
Di mana calon ibu harus mendapatkan cukup nutrisi agar siap menghadapi kehamilan.
Ketika calon ibu mengalami defisiensi nutrisi atau malnutrisi maka tubuh tidak mampu berfungsi dengan baik.
Salah satu cara mengenali ibu hamil mengalami defisiensi nutrisi adalah ketika berat badannya tidak bertambah, bahkan mengalami penurunan, sedangkan janin bertambah berat.
Ibu hamil yang mengalami kurang gizi tidak hanya berisiko mengalami anemia atau preeklamsia, tetapi defisiensi nutrisi juga memengaruhi pertumbuhan bayi.
Ibu berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah, melahirkan bayi prematur, dan juga menimbulkan risiko anak mengalami stunting.
Baca Juga: 4 Tips Memasak Praktis Mochi agar Kenyal dan Legit, Cocok untuk Pemula
Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia 2021, stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia.
Meskipun angka stunting di Indonesia mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, jumlahnya masih berada di atas negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand.
Lalu, apa yang bisa dilakukan ibu hamil untuk mencegah defisiensi gizi sehingga calon bayi bisa tumbuh secara optimal?
Hal apa yang harus dilakukan ibu hamil untuk menjaga plasentanya?
Plasenta merupakan organ yang berkembang di area rahim selama kehamilan, dan menempel di rahim.
Ari-ari atau plasenta ini bermanfaat untuk memberikan nutrisi dan oksigen untuk bayi selama di dalam kandungan.
Melalui plasenta juga, bayi membuang zat yang tidak diperlukan seperti karbondioksida.
"Plasenta ibaratnya kontraktor dalam pembangunan rumah. Misalnya, ibu membuat rumah mulai dari nol. Di situ, ibu menggunakan bahan-bahan baku yang terbaik. Namun ketika jadi, rumahnya bermasalah. Ternyata kontraktor yang disewa tidak baik. Nah, kontraktor itu adalah plasentanya," jelas dr. Prabu.
Untuk menjaga plasenta sehat, diperlukan perencanaan kehamilan sebelum pernikahan, hal ini perlu dilakukan terutama bagi pasangan yang ingin segera mendapatkan anak.
Minimal dalam kurun waktu tiga bulan sebelum pernikahan pasangan harus merencanakan kehamilan agar nantinya tidak mengalami kurang gizi dan plasenta juga sehat.
Baca Juga: Matthew White Sakit Diabetes sebelum Meninggal, Ini Fakta Diabetes pada Anak
(*)