Wregas Bhanuteja dengan lantang menampilkan bagaimana lingkungan pendidikan dan agama memandang korban kekerasan seksual.
Salah sangka korban yang terus menduga-duga juga akhirnya menyudutkan korban sendiri dalam lingkungan sosial.
Ketika jejak-jejak pelaku sudah mulai terungkap, Sur harus berada di bawah injakan relasi kuasa dari sosok pelaku dengan payung pelindung yang punya kendali penuh atas sistem.
"Tolong pak, maafkan anak saya, pak," bunyi dialog Ayah Sur (Lukman Sardi) yang berlutut di kaki orang tua pelaku.
Dengan tegas Penyalin Cahaya memotret realita di mana para korban kekerasan seksual dan keluarganya akhirnya harus dibungkam dengan ancaman, uang, dan jalur hukum.
Jalur hukum dalam film ini terlihat sangat tidak berpihak pada keadilan dan menjadi bumerang bagi korban kekerasan seksual.
Tak hanya itu, Penyalin Cahaya juga menyoroti kondisi ekonomi terkadang menjadi alasan orang-orang melakukan tindak kekerasan seksual.
Hal itu terungkap saat Amin, sahabat Sur sendiri, ternyata juga terlibat dalam transaksi digital yang termasuk dalam tindakan kekerasan seksual.
Alasan terbesar Amin adalah uang, biaya untuk makan sehari-hari Amin yang terbatas membuatnya harus mengorbankan moral demi sesuap nasi.
Baca Juga: Cerita Shenina Cinnamon dan Wregas Bhanuteja Karantina di Korsel untuk Film Penyalin Cahaya