Dari sampel yang ada, dua di antaranya disebut lebih aktif dari obat kanker yang sudah ada di pasaran.
Proyek penelitian ini juga berkolaborasi dengan Universitas Ryudai dan Institut Riken di Jepang dalam penyediaan alat yang masih sulit diakses di Indonesia seperti NMR (Nuclear Magnetic Resonance).
"Riset ini dimulai bulan September 2021, semenjak saya kembali ke Indonesia. Rencananya riset ini akan terus dilaksanakan sampai berhasil, dan sampai dapat dimanfaatkan oleh para perempuan," ujarnya.
Sebagai salah satu peneliti perempuan di Indonesia, Peni mengatakan, ada sejumlah hambatan yang dilaluinya selama melakukan penelitian.
Salah satunya yaitu, sulit mendapatkan bahan-bahan kimia dan ketersediaan alat-alat krusial yang sangat terbatas.
Kendati begitu, ia yakin bahwa penelitian ini berada di jalur yang tepat, dengan tujuan yang jelas.
Hasil dari penelitian itu diharapkan dapat menciptakan terapi yang bisa membantu menyembuhkan kanker payudara tanpa memberikan efek samping berbahaya bagi pasien.
Peni juga berharap semua bahan kimia, alat-alat penelitian, serta setiap pusat penelitian di Indonesia ke depannya dapat memenuhi keperluan penelitian agar lebih optimal.
"Kebermanfaatan dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat menyelamatkan perempuan khususnya di Indonesia dari kanker payudara," ungkapnya.
Sosok Peni Ahmadi ini sungguh inspiratif dan inovatif ya Kawan Puan! (*)