Parapuan.co - Menjadi orang tua sekaligus caregiver bagi anak yang mengidap kanker itu bukan hal yang mudah.
Tentunya orang tua pernah mengalami penolakan ketika anaknya didiagnosis kanker.
Hal yang sama juga sempat dirasakan oleh pendiri Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Ira Soelistyo.
Dahulu kala, ketika umur Ira baru menginjak 30-an, sang anak yang berusia empat tahun mengalami kanker.
Mengetahui hal tersebut Ira dan buah hatinya berangkat ke Belanda agar anaknya mendapat pengobatan terbaik.
Selama menjalani pengobatan, bukan hanya dukungan kepada anak saja yang harus diberikan, pasalnya sosok ibu sebagai caregiver pun harus menguatkan dirinya sendiri.
Pasalnya, jarak Belanda yang jauh dari Indonesia membuat Ira beserta anaknya tidak bisa mendapat dukungan secara langsung dari keluarga, sehingga dukungan pada diri sendiri itu sangat penting.
"Selama membawa anak saya berobat sih, karena kita jauh ya, pengalaman saya, dukungan keluarga secara langsung itu enggak ada, semuanya tergantung dari saya," ceritanya pada PARAPUAN, Jumat (11/2/2022).
Ira mengungkap dukungan dari keluarga itu terjadi secara tidak langsung, yakni dengan rajin telepon.
Baca Juga: Pendiri YKAKI Ira Soelistyo Bagikan Tips Utama Merawat Anak Kanker: 'Yang Diobatin Ibunya Dulu'
"Tapi yang namanya dukungan, yang keluarga ada di sebelah kita itu enggak ada, tetapi komunikasi telepon itu ada, tapi enggak setiap hari telepon," paparnya.
Di sisi lain, Ira juga menceritakan bahwa di masa-masa perjuangan itu, jatah telepon hanya seminggu sekali, hal ini dikarenakan berhubungan via suara antar negara itu mahal.
"Ya udahlah kita berdoa aja sendiri kepada Tuhan dan anak saya juga menunggu sekali waktunya komunikasi dengan telepon di hari dia bisa telepon dan itu bisa saja dilakukan malam hari. Karena di sana malam di sini pagi," tambahnya.
Ira mengisahkan di kala menjalani pengobatan di Belanda, ia dan anaknya tinggal di suatu biara Katolik dan di rumah singgah, di mana ada satu pojok dengan box telepon.
"Itu yang pakai juga antre, jadi kitanya juga harus tahu diri. Jadi jatah telepon cuma seminggu sekali," ujarnya.
Ia menekankan bahwa meskipun telepon itu hanya seminggu sekali itu menjadi dukungan yang luar biasa untuk anak dan dirinya.
Dukungan sahabat
Dalam kesempatan yang sama, diungkapkan oleh Ira bahwa dukungan yang datang bukan hanya dari keluarganya saja, tapi ada sosok sahabat yang setia memberi support.
Sosok sahabat setianya tersebut adalah Aniza Alatas.
Baca Juga: Menurut Psikolog, Ini Tips Atasi Kecemasan Bagi Orang Tua dengan Anak Penderita Kanker
Di kesempatan yang sama, Ica, sapaan akrab Aniza pun mengungkap bahwa anak Ira sudah dianggap sebagai anak sendiri, karena mereka bersahabat.
"Jadi kita memberi dukungan penuh dan waktu di Belanda saya juga ikut menemani waktu mau ditransplantasi, memberi support kepada Ibu Ira supaya kuat untuk menghadapinya," jelas Aniza.
Ica menyatakan bahwa sebagai sahabat dekat ia ingin selalu bisa memberi kekuatan pada Ira.
Ira dengan penuh syukur mengaku bahwa kehadiran Ica sebagai sahabat sangat berarti baik dalam pengobatan anaknya maupun berdirinya YKAKI.
Sebagai informasi, sosok Aniza Alatas ini juga merupakan salah satu pendiri YKAKI.
Ira menambahkan bahwa dukungan Ica itu sangat banyak, di mana dari ke hari Ica selalu memberi support ke dirinya.
"Setiap kehadiran dia (Ica) itu selalu memberi support ke saya gitu ya, itu pasti, tapi bahwa kemudian di kala anak saya transplantasi itu dia betul-betul hadir di sana untuk ikut juga, menemenin saya di sana gitu ya," ucap Ira sembari mengenang peran sahabat dalam hidupnya.
Ira menyatakan bahwa Ica ada di saat dirinya merasa kalut dan cemas di saat pengobatan anaknya, terutama saat transplantasi di Belanda.
"Sebetulnya dari awal sampai akhir itu dia selalu ada untuk saya, dan bukan cuman dia sendiri, keluarganya ya, termasuk almarhum suaminya, anaknya, jadi seluruh keluarganya mendukung, jadi bukan hanya Bu Ica saja," tambah Ira.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental, Ini Bedanya Self-Healing untuk Anak dan Lansia
Berkaca dari apa yang dialami Ira, kehadiran keluarga maupun sosok sahabat seperti Ica itu sangat berarti untuk hidup Ira di masa-masa perjuangannya hingga saat ini.
Meskipun anak dan suami dari Ira kini sudah tiada, kehadiran sosok sahabat seperti Ica yang selalu mendukung dengan sepenuh hati hingga didirikannya YKAKI ini menjadi pembelajaran untuk semua orang, mengenai pentingnya kesetiakawanan pula. (*)