Pertama, mulailah dengan survei karyawan yang ada dan lakukan riset untuk memahami kebutuhan tenaga kerja perempuan sebagai target.
Lihatlah melampaui gender dengan mempertimbangkan identitas lain, misalnya status perkawinan, ras, budaya, status imigrasi, dan apakah mereka ibu atau bukan.
Seorang ibu akan membutuhkan kebijakan yang berbeda dari perempuan yang sudah menikah tetapi belum memiliki anak.
Kebijakan akan memiliki dampak paling besar jika dibangun dengan mengutamakan kebutuhan karyawan.
Jadi pastikan kamu sebagai pimpinan perusahaan mempertimbangkan tidak hanya gender, tetapi juga identitas lain wanita (dan keluarganya).
2. Menawarkan berbagai bentuk fleksibilitas
Cara lain adalah membuat kebijakan yang mengakui bahwa setiap orang memiliki keluarga dan kehidupan di luar pekerjaan.
Kebijakan semacam itu akan bermanfaat bagi siapa saja yang merupakan orang tua, baik perempuan maupun laki-laki.
Misalnya, jam kerja yang fleksibel memungkinkan orang tua untuk memiliki lebih banyak fleksibilitas ketika mereka perlu antar jemput anak sekolah.
Baca Juga: Pemimpin Perlu Tahu, Ini 5 Cara untuk Dukung Perempuan di Tempat Kerja