Parapuan.co - Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan suatu tindakan baik serangan fisik, penganiayaan emosional, dan penganiayaan lainnya yang dalam keluarga.
KDRT yang dialami pasti akan berdampak buruk pada kesejahteraan keluarga, bahkan pada anak-anak yang hanya melihat saja.
Efek kekerasan dalam rumah tangga pada anak-anak mungkin terlihat dalam waktu singkat itu dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan mental mereka.
Merangkum dari Very Well Mind, berikut ini efek kesehatan mental pada anak yang melihat kejadian KDRT, simak ya!
1. Kecemasan
Seorang anak yang melihat kejadian KDRT bisa mengalami kecemasan.
Bagi anak-anak prasekolah yang menyaksikan KDRT, tidak jarang dari mereka kembali ke kebiasaan saat bayi, seperti mengisap jempol, mengompol, tangisan yang meningkat, dan rengekan.
Sementara anak usia sekolah yang melihat KDRT akan mengembangkan sifat anti-sosial dan mungkin berjuang dengan rasa bersalah atas peristiwa yang disaksikan.
2. Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD)
Baca Juga: Manfaat Self Talk Positif, Salah Satunya Bantu Mengenal Diri Sendiri
Salah satu dampak KDRT yang paling dahsyat adalah timbulnya gangguan stres pasca trauma pada anak-anak yang dibesarkan.
Meski terhindar dari kekerasan fisik, trauma KDRT cukup menyebabkan perubahan berbahaya pada otak anak yang sedang berkembang.
Perubahan ini dapat menyebabkan mimpi buruk, perubahan pola tidur, agitasi, lekas marah, kesulitan berkonsentrasi, dan anak-anak terkadang memiliki kemampuan untuk memerankan kembali aspek pelecehan yang menimbulkan trauma yang diamati.
3. Kesehatan fisik anak
Tak hanya secara mental, anak yang menyaksikan KDRT juga berdampak pada kesejahteraan fisik mereka.
Anak-anak usia sekolah mungkin melaporkan sakit kepala dan sakit perut yang dapat dilacak dari situasi tegang di rumah.
Pada bayi, ada risiko lebih tinggi mengalami cedera fisik setelah terus-menerus melihat orang tuanya KDRT.
4. Perilaku agresif
Baca Juga: Mengenal Anhedonia, Kondisi ketika Seseorang Sulit Merasa Bahagia
Ketika remaja menyaksikan KDRT, mereka cenderung bertindak sebagai reaksi terhadap situasi tersebut.
Mereka mungkin berkelahi, bolos sekolah, terlibat dalam aktivitas seksual berisiko, atau mencoba-coba narkoba dan alkohol.
Bahkan para remaja ini juga sangat mungkin bermasalah dengan hukum.
5. Pelecehan fisik
Dalam banyak kasus, anak-anak yang tinggal dalam rumah tangga yang penuh kekerasan juga cenderung menjadi korban dari KDRT sendiri.
Hal ini dikarenakan pasangan yang kasar dapat dengan mudah menjadi orang tua yang kasar pula baik secara fisik, verbal, dan emosional menyakiti anak-anak mereka.
Akibatnya mungkin ada tindakan yang juga menyakiti anak misalnya memukul atau menyerang anak dengan kata-kata buruk.
Dari ulasan di atas dapat diketahui bahwa kekerasan dalam rumah tangga berpotensi meninggalkan bekas pada korban baik langsung dan tidak langsung.
Apabila anak sudah terkena dampak KDRT sebaiknya segera mendapat perawatan yang tepat dari profesional kesehatan mental dapat membantu mengelola efek ini pada anak-anak.
Baca Juga: Bullying Pada Anak Bisa Menimbulkan PTSD, Ini Gejala yang Muncul
Adapun catatan sebagai orang tua bahwa sebaiknya hindari terjadinya KDRT baik pada pasangan maupun anak, dan jika ada masalah sebaiknya selesaikan baik-baik.
(*)