Bahkan, sang putri juga ia gendong sesekali ketika tengah melakukan pidato kenegaraan.
Devi Attamimi menilai, sikap yang Jacinda tunjukkan menuai simpati dari sebagian masyarakat.
Masyarakat menganggap bahwa sosok perdana menteri perempuan mereka merupakan pemimpin yang hangat dan peduli.
Dari sosok Jacinda, perempuan bisa memetik pelajaran bahwa feminin dan karakter kewanitaan bisa tetap dipertahankan ketika menjadi pemimpin.
"Jadi, tidak masalah mempertahankan femininitas kita. Tidak masalah menjadi feminin sebagai seorang pemimpin," imbuh Devi mengingatkan.
Untuk itulah, Kawan Puan tidak perlu minder akan adanya gender gap dalam karier.
Yakinlah bahwa untuk menjadi pemimpin diperlukan kemampuan dan keterampilan, bukan femininitas atau maskulinitas semata.
Semoga informasi di atas memberi Kawan Puan inspirasi untuk memajukan karier, ya.
(*)
Baca Juga: Pemimpin Perlu Tahu, Ini 5 Cara untuk Dukung Perempuan di Tempat Kerja