Jadi Pemimpin, Devi Attamimi Sebut Karakter Feminin Juga Bisa Empowering

Arintha Widya - Minggu, 27 Februari 2022
Devi Attamimi
Devi Attamimi

Parapuan.co - Perempuan selalu mempunyai kesempatan untuk menjadi leader, apapun jalur karier yang dijalaninya.

Tak sedikit contoh dari perempuan-perempuan pemimpin hebat terlahir di bidangnya masing-masing, salah satunya sosok Devi Attamimi.

Devi Attamimi adalah seorang Director HILL ASEAN sekaligus Executive Director Strategy di Hakudo International Indonesia.

Ia merupakan perempuan pertama yang menjabat sebagai Director HILL ASEAN dalam rentang waktu 40 tahun sejak berdirinya perusahaan tersebut pada 1981.

"Bisa dibayangkan, butuh hampir 40 tahun untuk mereka bisa menerima perempuan sebagai pemimpin," ucap Devi Attamimi.

Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara di Women's Summit 2022: Reinvent Yourself and Level Up Your Life pada Minggu (20/2/2022) lalu.

Acara itu sendiri merupakan inisiatif dari WeWomen.id di mana PARAPUAN sebagai salah satu media partner-nya.

Sebagai seorang pemimpin, Devi mengungkapkan kenyataan bahwa gender gap di berbagai industri di Indonesia memang benar adanya.

Meski sudah banyak perempuan menjabat sebagai pimpinan, perbandingannya masih cukup jauh ketimbang laki-laki sebagai pimpinan.

Baca Juga: Perempuan Pemimpin Dunia Berikan Reaksi terhadap Serangan Rusia ke Ukraina

Namun, kenyataan tersebut semestinya tidak menjadi halangan bagi perempuan yang ingin menjadi leader.

Menurut Devi, perempuan harus tetap punya target dalam karier, baik sebagai pimpinan perusahaan hingga presiden sekalipun.

Dan hal itu tidak ditentukan dari karakteristik dan sifat dasar perempuan yang cenderung caring dan feminin.karak

Walaupun terkadang leader diharapkan punya sifat dan karakter yang kuat, powerful, dan unapologetic, akan tetapi justru dengan sifat yang penuh kasih sayang, peduli, dan feminin, perempuan bisa menjadi pemimpin yang berbeda dibandingkan laki-laki.

Devi Attamimi pun mencontohkan sosok leader keibuan dengan sifat-sifat kekhasannya, yaitu Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru.

"Dia (Jacinda) terpilih menjadi perdana menteri di umur 37 tahun. Jadi dia perempuan termuda yang menjabat," tutur Devi.

Rupanya, Jacinda Ardern sangat dicintai warganya lantaran kepribadiannya yang sangat keibuan.

Hal tersebut terlihat setahun setelah menjabat, di mana saat itu ia baru saja melahirkan seorang anak perempuan.

Kala itu, ia kerap tampil di hadapan publik sembari menggendong sang putri yang masih bayi.

Baca Juga: 4 Gaya Kepemimpinan Perempuan di Bidang Jurnalistik, Apa Saja?

Bahkan, sang putri juga ia gendong sesekali ketika tengah melakukan pidato kenegaraan.

Devi Attamimi menilai, sikap yang Jacinda tunjukkan menuai simpati dari sebagian masyarakat.

Masyarakat menganggap bahwa sosok perdana menteri perempuan mereka merupakan pemimpin yang hangat dan peduli.

Dari sosok Jacinda, perempuan bisa memetik pelajaran bahwa feminin dan karakter kewanitaan bisa tetap dipertahankan ketika menjadi pemimpin.

"Jadi, tidak masalah mempertahankan femininitas kita. Tidak masalah menjadi feminin sebagai seorang pemimpin," imbuh Devi mengingatkan.

Untuk itulah, Kawan Puan tidak perlu minder akan adanya gender gap dalam karier.

Yakinlah bahwa untuk menjadi pemimpin diperlukan kemampuan dan keterampilan, bukan femininitas atau maskulinitas semata.

Semoga informasi di atas memberi Kawan Puan inspirasi untuk memajukan karier, ya.

(*)

Baca Juga: Pemimpin Perlu Tahu, Ini 5 Cara untuk Dukung Perempuan di Tempat Kerja



REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja